Hari itu, pesawat Iran Air rute Bandar Abbas-Dubai dengan kode penerbangan 665 dijadwalkan akan lepas landas pada pukul 10.17 waktu setempat. Meski dalam kondisi perang, tidak ada yang berbeda dalam perjalanan yang menempuh jarak 225 km itu.
Pesawat tetap boleh mengudara karena tidak ada larangan terbang di sepanjang rutenya. Bagi Iran Air pun, ini adalah rute yang sangat biasa. Maskapai tersebut sudah berulang kali melewati rute serupa: melintasi Selat Hormuz sebelum akhirnya mendarat langsung di Dubai, Uni Emirat Arab.
Penerbangan 665 pagi itu diprediksi akan berjalan lancar. Kondisi cuaca, mesin pesawat, hingga kesiapan awak kabin dinyatakan tidak ada masalah. Ketika jarum jam menunjukkan tepat pukul 10.17, pesawat pun lepas landas dengan membawa 274 penumpang dan 16 awak. Pesawat pun dengan cepat melesat ke ketinggian 14 ribu kaki.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Pada waktu bersamaan, di perairan Hormuz—persis di bawah rute Penerbangan 665, terjadi kontak senjata antara militer Iran dan AS. Kapal perang Iran melakukan tembakan ke arah helikopter pengintai AS yang memasuki perairan Iran. Situasi ini membuat seluruh kapal perang AS di Hormuz berada dalam kondisi siaga untuk kontak senjata sehingga pergerakan apa pun dari arah Iran pasti akan dihabisi.
Selang beberapa menit, salah satu kapal perang AS, USS Vincennes, mendeteksi pergerakan pesawat yang menuju ke arahnya. Kapten USS Vincennes percaya itu adalah pesawat tempur F-14 milik Iran yang hendak melakukan serangan.
Tanpa basa-basi, pada pukul 10.24, USS Vincennes meluncurkan rudal untuk menghancurkan pesawat tersebut. Rudal pun tepat mengenai sasaran. Namun, mereka terkejut saat melihat puing-puing pesawat yang berhamburan di perairan. Yang mereka tembak jatuh rupanya bukanlah pesawat tempur, melainkan pesawat komersial.
Pada saat bersamaan, Penerbangan 665 dinyatakan hilang kontak. Pencarian pun dilakukan dan berujung pada kesimpulan: Iran Air Penerbangan 665 ditembak USS Vincennes.
Insiden ini ibarat menyiram minyak tanah ke dalam api. Hubungan kedua negara yang sudah panas pun semakin memanas. Elite Iran langsung mengamuk. Tidak ada lagi kata maaf untuk AS. Dunia internasional pun langsung menyoroti kecerobohan militer AS yang menembak pesawat sipil. Sementara itu, elite AS langsung sibuk mencari seribu alasan pembelaan atas kesalahannya.