AMERIKA Serikat dan Iran adalah musuh abadi dalam percaturan politik global. Sejarah mencatat awal mula pertengkaran keduanya dimulai pada 1979. Ada dua kejadian penting di tahun tersebut yang menjadi akar perseteruan panjang kedua negara.
Pertama, Revolusi Islam Iran. Revolusi ini mengubah Iran menjadi negara Islam yang sangat garang terhadap negeri Barat, khususnya AS. Pemimpin revolusi Ayatulloh Khomeini (1902-1989) memandang eksistensikepentingan AS di Iran selama bertahun-tahun sebelumnya sudah kelewat batas karena turut merecoki urusan internal Iran. Maka sudah saatnya Iran mengusir dan mengobarkan perlawanan terhadap Negeri Paman Sam.
Hal itu kemudian berkelindan dengan kejadian kedua, yakni pendudukan Kedutaan Besar AS di Teheran. Para ahli sejarah politik sepakat bahwa peristiwa itu merupakan titik awal perseteruan kedua negara. Pendudukan Kedutaan Besar AS itu kemudian diikuti oleh drama penyanderaan terhadap warga negara AS.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Peristiwa itu adalah pukulan telak terhadap AS, terlebih penyanderaan itu dalam waktu lama—444 hari. Pemerintah AS pun cukup kelimpungan menangangi kasus ini. Sejak saat itu, hubungan AS dan Iran tidak pernah sama lagi.
Beberapa bulan setelah dimulainya penyanderaan, terjadi pertempuran di perbatasan Iran-Irak. Pada 1980, militer Irak pimpinan Saddam Husein merangsek masuk ke teritori Iran dan memicu pecahnya Perang Iran vs Irak. Konflik ini pada akhirnya bukan hanya sebatas pertempuran dua negara.
AS, sebagai negara kontra Iran, mendukung Irak melalui bantuan persenjataan dan informasi intelijen. Lebih dari itu, AS juga mengeluarkan jurus andalannya untuk semakin menekan Negeri Para Mullah itu: sanksi dan embargo.
Di tengah perseteruan AS-Iran yang tak berkesudahan itu, terjadilahperistiwa yang membuat api kemarahan Iran semakin berkobar. Di tahun ke-8 perang, AS melakukan kesalahan fatal: menembak pesawat komersil Iran Air dengan nomor penerbangan 665.
“Amerika Serikat telah melakukan pembantaian barbar. Kami bersumpah untuk membalas darah para martir kami.”
Kalimat itu disampaikan oleh elite Iran sebagai reaksi atas ditembaknya pesawat sipil maskapai Iran Air oleh AS pada Minggu, 3 Juli 1988—tepat hari ini 34 tahun silam.