Kontraktor Amerika Serikat Gunakan Peluru Tajam dan Granat Kejut Saat Warga Palestina Berebut Makanan

Gaza (©anadolu)
Gaza (©anadolu)
0 Komentar

MENURUT laporan kantor berita Associated Press (AP), kontraktor-kontraktor Amerika yang menjaga lokasi distribusi bantuan di Gaza (Gaza Humanitarian Foundation / GHF) menggunakan peluru tajam dan granat kejut saat warga Palestina yang kelaparan berebut makanan.

Kepada AP, dua kontraktor AS mengatakan mereka berani melaporkan hal ini karena merasa terganggu oleh apa yang mereka anggap sebagai praktik berbahaya dan tidak bertanggung jawab.

Mereka mengatakan staf keamanan yang dipekerjakan sering kali tidak memenuhi syarat, tidak diperiksa, bersenjata lengkap, dan memiliki izin terbuka untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Mereka mengatakan rekan mereka secara rutin melemparkan granat kejut dan semprotan merica ke arah warga Palestina. Seorang kontraktor mengatakan peluru ditembakkan ke segala arah, yakni ke udara, ke tanah, dan terkadang langsung ke arah warga Palestina. Ia mengingat setidaknya satu kejadian di mana ia mengira seorang telah terkena tembakan.

“Ada orang-orang tak bersalah yang terluka. Sangat parah. Dan seharusnya tidak terjadi,” kata kontraktor tersebut.

Ia juga mengatakan staf Amerika di lokasi GHF memantau mereka yang datang untuk mencari makanan dan merekam siapa pun yang dianggap “mencurigakan,” dan informasi itu dikirim ke militer Israel.

Video yang diperlihatkan oleh salah satu kontraktor dan diambil di lokasi menunjukkan ratusan warga Palestina berkerumun di antara gerbang logam, berdesak-desakan untuk mendapatkan bantuan di tengah suara peluru, granat kejut, dan semprotan merica. Video lainnya mencakup percakapan antara pria berbahasa Inggris saat tengah membahas cara membubarkan kerumunan dan saling menyemangati setelah terjadi tembakan.

Kesaksian dari mereka memberikan pandangan yang berbeda mengenai GHF. Bulan lalu, pemerintah AS menjanjikan USD 30 juta (Rp 489 miliar) agar Lembaga itu bisa melanjutkan operasinya. Angka tersebut merupakan sumbangan AS pertama yang diketahui, namun sumber pendanaan lainnya masih belum jelas.

0 Komentar