Greg Raymond, dosen senior dari Australian National University, menilai penggunaan bahasa yang terlalu personal dalam percakapan itu mencerminkan kurangnya pengalaman politik Paetongtarn.
“Ia menggunakan bahasa yang cukup hormat dan terkesan akrab dengan Hun Sen dan memanggilnya paman. Itu sangat tidak profesional dan tidak bijak, tapi tidak mengejutkan mengingat Paetongtarn belum memiliki pengalaman politik untuk menjadi perdana menteri,” ujarnya seperti dilansir dari ABC, Selasa (1/7/2025).
Pascapercakapannya dengan Hun Sen, bocor ke publik, pemerintahan Paetongtarn berada di ujung tanduk. Situasi ini dengan cepat berkembang menjadi krisis politik. Pada Sabtu (28/7/2025) ribuan warga turun ke jalan dan memadati kawasan Monumen Kemenangan di Bangkok. Mereka menuntut Paetongtarn mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri. Aksi tersebut menjadi unjuk rasa terbesar sejak partainya, Pheu Thai, kembali berkuasa pada 2023.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Paetongtarn menyampaikan permintaan maaf atas pernyataannya dalam percakapan telepon yang bocor. Namun isi pembicaraan itu sudah terlanjur membuat koalisinya terguncang, setelah Partai Bhumjaithai, mitra terbesar kedua Pheu Thai, menarik dukungan pekan lalu karena kekhawatiran terhadap kedaulatan dan integritas Thailand.
Dalam pembelaan kepada publik, Paetongtarn menegaskan bahwa tindakannya sama sekali tidak didasari oleh motif ataupun kepentingan pribadi. Ia menyatakan bahwa percakapan yang menjadi sorotan tersebut sepenuhnya ditujukan untuk mencegah terjadinya kekacauan antar dua negara, menghindari potensi konflik serta meminimalkan risiko jatuhnya korban jiwa.
“Jika Anda mendengarkannya dengan seksama, Anda akan mengerti bahwa saya tidak memiliki niat buruk. Inilah yang akan saya fokuskan dan jelaskan secara mendalam,” ujarnya, Selasa (1/7/2025), seperti yang dilansir dari BBC.
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto tiba di Government House Thailand dan menerima sambutan resmi penuh kehormatan dari Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, pada Senin, 19 Mei 2025. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
Sebagai informasi, Paetongtarn Shinawatra resmi menjadi Perdana Menteri Thailand baru menggantikan Srettha Thavisin pada Agustus 2024 lalu. Paetongtarn berhasil terpilih sebagai PM Thailand ke-31 setelah memperoleh mayoritas dukungan parlemen. Sebanyak 319 anggota parlemen memberi suara setuju dan 145 tidak setuju dengan pengangkatan Paetongtarn.