Martin Sandler, seorang ahli terkemuka tentang Kennedy dan sejarawan Amerika yang terkenal, menyarankan, setelah meninjau dokumen era Kennedy secara ekstensif, bahwa Mossad Israel mungkin telah merancang pembunuhan Kennedy untuk menghentikan tekanan AS.
Setelah kematian Kennedy, penggantinya Lyndon B. Johnson melonggarkan tuntutan AS, memungkinkan program nuklir Israel berlanjut tanpa hambatan.
Meskipun Israel tidak pernah secara resmi menyatakan memiliki arsenal nuklir, bukti yang sangat banyak mendukung keberadaannya. Bukti paling meyakinkan muncul pada tahun 1986 ketika teknisi nuklir Israel, Mordechai Vanunu, membocorkan foto dan detail teknis program nuklir Israel kepada The Sunday Times.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Para ahli menyimpulkan bahwa Israel memiliki setidaknya 100 hulu ledak nuklir pada pertengahan 1980-an. Selain itu, laporan intelijen, citra satelit, dan kesaksian mantan pekerja (yang membocorkan) telah mengonfirmasi kemampuan nuklir Israel.
Mantan Presiden AS Jimmy Carter dan Menteri Luar Negeri Colin Powell keduanya secara terbuka mengakui keberadaan arsenal nuklir Israel.
Para analis memperkirakan Israel saat ini memiliki antara 100 hingga 400 hulu ledak, bersama dengan sistem pengiriman melalui misil, kapal selam, dan pesawat.
Namun demikian, Israel tidak pernah menghadapi sanksi. Ketika NPT menjadi permanen pada tahun 1995, negara-negara regional seperti Mesir setuju di bawah janji AS bahwa Israel pada akhirnya akan bergabung. Namun, Israel tidak pernah melakukannya, juga tidak pernah ditekan.
Sejak 1974, Iran, Mesir, dan kekuatan regional lainnya telah menyerukan kawasan Timur Tengah yang bebas nuklir. Selama lebih dari empat puluh tahun, Majelis Umum PBB secara luar biasa menegaskan kembali sikap ini setiap tahun. Iran telah mendukung kebijakan ini, sementara Israel secara konsisten mengabaikan atau menolaknya.
Sebagai penandatangan NPT, Iran dilarang mengembangkan senjata nuklir tetapi memiliki hak untuk mengejar energi nuklir damai. Di bawah pengawasan ketat IAEA, fasilitas nuklir Iran telah diperiksa ribuan kali, tanpa bukti konklusif tentang pengembangan senjata.
Pada tahun 2015, Iran menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) dengan enam kekuatan dunia, setuju untuk membatasi pengayaan uranium, mengurangi stok nuklirnya, dan mengizinkan inspeksi ketat. Para ahli sepakat bahwa JCPOA memperpanjang waktu pengembangan senjata nuklir Iran menjadi lebih dari satu tahun.