Aktivis di gerbang
Kondisi BP yang melemah menarik perhatian salah satu investor aktivis paling disegani dunia, Elliott Investment Management. Hedge fund ini hanya mengalami kerugian dua tahun sepanjang hampir 50 tahun beroperasi, dan dikenal mampu mengganti manajemen puncak hingga memecah perusahaan.
Elliott kini memegang lebih dari 5% saham BP dan melancarkan kampanye agar perusahaan kembali fokus ke minyak dan gas, menuntut perubahan drastis seperti pemotongan biaya besar-besaran, penjualan aset, dan keluar dari energi terbarukan.
Beberapa dekade lalu, ide bahwa investor AS bisa membeli saham perusahaan ikonik Inggris dan memaksa perubahan strategi hampir tak terbayangkan. Ini bukti betapa rentannya posisi BP sekarang.
Perang tarif dan tantangan baru
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Pukulan terakhir datang dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Setelah “hari pembebasannya,” nilai pasar BP merosot hampir seperempat, lebih parah dari kejatuhan pasca-bencana Deepwater Horizon.
Jatuhnya harga minyak global akibat perang tarif Trump sangat memukul BP. Perusahaan dinilai lebih rentan terhadap dampak tarif yang membuat harga minyak anjlok dari hampir 75 dolar per barel menjadi kurang dari 60 dolar, terendah dalam hampir empat tahun.
Saham BP turun hampir 17% sejak awal tahun, sementara Shell turun sedikit di atas 8%, dan ExxonMobil serta Chevron masing-masing turun sekitar 7%.
Pemburu dan mangsa
Dengan posisi BP yang melemah dibanding pesaing, muncul spekulasi perusahaan bisa menjadi target akuisisi, baik seluruhnya maupun sebagian. Kapitalisasi pasar Shell kini lebih dari dua kali lipat BP, sehingga merger semacam itu secara teknis memungkinkan.
Penggabungan kedua perusahaan akan menjadi salah satu akuisisi terbesar dalam sejarah industri minyak, menyatukan dua raksasa Inggris ikonik dalam kesepakatan yang telah dibicarakan selama puluhan tahun.
Calon pembeli potensial lainnya bisa berasal dari perusahaan minyak nasional di Timur Tengah. Kesepakatan dengan pembeli asal AS, meskipun bukan hal yang mustahil, kemungkinan besar akan kurang diterima oleh regulator Inggris.
Dengan melemahnya BP, kini muncul rumor tentang pengambilalihan oleh Shell.Pelajaran bertahan hidup
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
Kisah BP menjadi peringatan bagaimana bahkan perusahaan terbesar sekalipun bisa rentan saat keputusan buruk, guncangan eksternal, dan perubahan kondisi pasar menumpuk. Mulai dari bencana lingkungan, risiko geopolitik, kegagalan ambisi iklim, hingga tekanan dari investor aktivis, BP menghadapi badai tantangan yang sempurna.