Benarkah Shell Ambil Alih British Petroleum?

Ilustrasi
Ilustrasi
0 Komentar

Selama beberapa tahun, taruhan ini tampak menguntungkan dengan potensi menaikkan produksi minyak BP. Tapi menjadi pemegang saham kedua terbesar di perusahaan yang dikendalikan Kremlin berarti menanggung risiko politik besar.

Risiko itu nyata saat invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, memaksa BP melepas saham di Rosneft dan kehilangan aset senilai sekitar 25 miliar dolar yang menyumbang sepertiga produksi mereka.

Mimpi hijau dan kenyataan pahit

Krisis ketiga lebih halus tapi sama merusaknya. Di tengah perhatian global pada perubahan iklim, BP di bawah CEO Bernard Looney berambisi memimpin transisi energi.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Pada 2020, BP mengumumkan target ambisius mencapai emisi nol bersih pada 2050. Mereka berencana memangkas produksi minyak dan gas sebesar 40% pada 2030 dibanding 2019 dan berinvestasi besar di energi terbarukan.

Waktu itu tampak tepat: pandemi COVID-19 membuat permintaan minyak terendah dalam 30 tahun. Looney bahkan bilang puncak permintaan minyak global sudah tercapai.

Tapi ketika Rusia menyerang Ukraina, dunia berubah. Krisis energi memicu harga minyak dan gas melonjak rekor, dan perusahaan minyak termasuk BP mencatat keuntungan luar biasa. Fokus beralih dari energi bersih ke keamanan pasokan.

Tekanan investor membuat BP merevisi target pada 2023, memangkas rencana pengurangan produksi menjadi 25%. Pada Februari 2025, perusahaan malah membalikkan arah dan meninggalkan visi Looney, kembali ke bahan bakar fosil.

Kembali ke akar atau langkah putus asa?

CEO BP sekarang, Murray Auchincloss, mengakui perusahaan terburu-buru dan “terlalu jauh” karena optimisme yang “salah arah” soal transisi energi. Sebagai bagian dari “reset fundamental,” BP membatalkan rencana pengurangan produksi minyak dan gas dan akan menaikkan belanja di sektor ini hampir 20% menjadi 10 miliar dolar per tahun hingga 2027.

Sementara itu, pengeluaran untuk transisi energi — termasuk listrik bersih, biofuel, dan pengisian kendaraan listrik — akan dipotong tajam sekitar 70% menjadi 2 miliar dolar.

Namun strategi ini membawa risiko besar. Rasio utang bersih terhadap ekuitas BP sekitar 40% akhir tahun lalu, jauh lebih tinggi dari Shell, TotalEnergies, Chevron, dan ExxonMobil. Ini memaksa perusahaan memangkas pembelian kembali saham kuartalan saat raksasa minyak lain malah meningkatkan imbal hasil untuk pemegang saham.

0 Komentar