PADA 25 Juni, berita energi mengguncang pasar keuangan. The Wall Street Journal memuat kabar mengejutkan: Shell dikabarkan sedang dalam pembicaraan untuk mengambil alih rivalnya asal Inggris, BP. Jika kesepakatan itu terjadi, ini akan menjadi merger minyak terbesar dalam satu generasi — penggabungan dua raksasa ikonik Inggris yang sudah lama menjadi bisik-bisik pasar.
Reaksi pasar langsung dramatis. Saham BP melesat 7% di perdagangan setelah jam bursa, sementara saham Shell turun 3,8%. Investor mencium peluang dari kelemahan satu pihak dan ambisi pihak lain.
Namun keesokan harinya, Shell dengan cepat membantah rumor tersebut. “Tidak ada negosiasi yang sedang berlangsung,” kata perusahaan, menyebutnya sebagai “spekulasi pasar semata.” Pada 26 Juni, Shell bahkan menegaskan tidak mempertimbangkan tawaran untuk membeli BP, yang otomatis melarangnya mengajukan penawaran selama enam bulan ke depan sesuai hukum Inggris.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Tapi mengapa rumor ini muncul? Apa arti semua ini bagi BP, perusahaan yang dulu menjadi raksasa energi terkuat di dunia?
15 tahun penurunan: dari Beyond Petroleum ke realita
Kisah penurunan BP adalah kronik ambisi, bencana, dan taruhan keliru selama satu setengah dekade. Untuk memahami bagaimana raksasa minyak ini kini dianggap sebagai target akuisisi, kita harus kembali ke April 2010.
Deepwater Horizon: bencana yang mengubah segalanya
20 April 2010, tragedi terjadi di Teluk Meksiko. Ledakan di platform pengeboran Deepwater Horizon menewaskan 11 orang dan menyebabkan tumpahan minyak laut terbesar dalam sejarah AS.
Seorang hakim federal menyatakan tumpahan itu akibat “kelalaian berat” dan “kesalahan disengaja” BP. Perusahaan setuju membayar lebih dari 65 miliar dolar dalam denda, biaya pembersihan, dan kompensasi kepada ribuan bisnis terdampak. Pembayaran masih berlanjut sekitar 1 miliar dolar tiap tahun.
Pada 2010, nilai BP turun lebih dari setengah, dan kapitalisasi pasar tak pernah kembali ke puncak sebelumnya. Ini menjadi retakan pertama di fondasi raksasa yang dulu tak tergoyahkan.
Russian Roulette dengan Rosneft
Namun Deepwater Horizon hanyalah awal dari serangkaian krisis. Pukulan berikutnya datang dari Rusia. Pada 2013, BP menjual sahamnya di usaha patungan Rusia, TNK-BP, dan sebagai gantinya mendapat 20% saham di Rosneft, produsen minyak terbesar Rusia.