Thailand Diguncang Ketidakpastian Politik, Resesi Ekonomi dan Daya Beli Melemah

Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
0 Komentar

THAILAND sedang menghadapi guncangan politik dalam negeri. Ratusan warga Thailand menggelar demonstrasi di pusat kota Bangkok pada Sabtu (28/6/2025), pengunjuk rasa menuntun PM Paetongtarn untuk mundur dari jabatannya akibat dari sengketa perbatasan dengan Kamboja.

Di tengah ketidakpastian politik dan sosial yang meningkat, ekonomi Thailand masih menunjukkan performa yang beragam. Beberapa indikator utama seperti pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tetap positif, namun tekanan terhadap konsumsi, investasi, dan pasar keuangan menjadi sinyal bahwa tantangan struktural belum mereda.

Ekonomi Thailand yang dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB)nya di kuartal I-2025, yang hanya tumbuh 3,1% (year on year/yoy) atau lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal IV-2024 yang tumbuh 3,3%.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Indeks Harga Konsumen (IHK) Thailand turun atau mengalami deflasi dalam 0,57% (yoy) pada Mei 2025. Deflasi ini adalah yang terjadi dalam dua bulan beruntun.

Deflasi ini memunculkan banyak pertanyaan, apakah lemahnya inflasi ini hanya sementara atau justru menjadi tren permanen yang bisa menyeret Thailand ke lingkungan deflasi?

Pipat Leungnaruemitchai, Kepala Ekonom Kiatnakin Phatra Financial Group, menjelaskan bahwa tren inflasi negatif di Thailand bukan sekadar akibat penurunan harga komoditas, melainkan cerminan dari lemahnya tekanan inflasi dalam jangka panjang.

Ia menegaskan bahwa inflasi rendah bukanlah hal baru bagi Thailand. Dalam dekade terakhir, inflasi inti terus berada di bawah target bank sentral, mencerminkan permasalahan struktural yang lebih dalam dalam perekonomian.

“Kita tidak punya inflasi yang berasal dari sisi permintaan. Tidak ada tekanan harga, karena pelaku usaha tidak mampu membebankan biaya tambahan ke konsumen. Singkatnya, tidak ada yang berani menaikkan harga karena daya beli masyarakat terlalu lemah,” ujar Pipat, dikutip dari The Nation Thailand.

Dari sisi tingkat pengangguran di Thailand, terjadi peningkatan menjadi 0,89% pada kuartal pertama 2025 dari 0,88% pada kuartal keempat 2024. Rata-rata tingkat pengangguran di Thailand tercatat sebesar 2,13% sejak tahun 1977 hingga 2025, dengan level tertinggi sepanjang masa sebesar 7,75% pada kuartal pertama 1986 dan rekor terendah sebesar 0,47% pada kuartal keempat 2012.

Jika dilihat dari jumlah utang pemerintah Thailand terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Thailand memiliki rasio utang sebesar 63,70%.

0 Komentar