Gencatan senjata antara Iran dan Israel juga menjadi katalis penting yang meredakan tensi geopolitik global, terutama di kawasan Timur Tengah. Dampak langsungnya terlihat pada harga minyak mentah dunia yang kembali turun ke bawah US$70 per barel.
Kondisi ini sangat menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara net importir minyak, karena akan menurunkan tekanan pada neraca transaksi berjalan dan memperkuat posisi eksternal rupiah.
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed juga menjadi faktor penguatan rupiah. Saat ini pelaku pasar memperkirakan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga acuan.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Berdasarkan CME FedWatch, peluang The Fed akan memangkas suku bunga pada September 2025 mencapai 67%, sementara untuk pemangkasan lebih cepat pada Juli hanya sekitar 19%. Ekspektasi ini mendorong pelemahan dolar AS lebih lanjut dan membuka ruang apresiasi bagi mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Rupiah Menuju Rp15 ribuan per Dolar AS?
Dengan laju kencang rupiah maka publik kini menunggu kapan mata uang Garuda bis bertengger di level Rp 15.000/US$1.
Terakhir kali rupiah berada di level Rp15.900/US$ terjadi pada 16 Desember 2024, sebelum Kembali melemah di atas level Rp16.000/US$.
Menurut Ahmad Mikail Zaini, Ekonom Senior Sucor Sekuritas, gencatan senjata Israel-Iran menjadi katalis utama penguatan rupiah, ditambah dengan potensi pemangkasan suku bunga The Fed pada Juli. Dengan kombinasi faktor tersebut, Mikail memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke Rp15.900/US$.
Sementara itu, Radhika Rao, Ekonom DBS, menambahkan bahwa pengurangan penerbitan Sekuritas upiah Bank Indonesia (SRBI) dan meningkatnya minat pada tenor pendek mendorong penguatan pasar obligasi Indonesia.
Ia memperkirakan imbal hasil acuan jangka panjang akan turun menuju 6,6%, didukung juga oleh stimulus fiskal tengah tahun seperti subsidi transportasi dan utilitas yang berpotensi memberi tekanan disinflasi ke beberapa sektor.
Rupiah berpotensi menguat lebih lanjut dan menembus kembali level Rp15 ribuan /US$ jika kombinasi faktor global dan domestik terus mendukung. Stabilitas harga minyak, kebijakan moneter The Fed, serta pengelolaan fiskal dan pasar oleh pemerintah menjadi kunci arah rupiah ke depan.