Indeks Harga Konsumen Diprediksi Alami Deflasi di Bulan Juni

Ilustrasi pedagang cabai.
Ilustrasi pedagang cabai.
0 Komentar

Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan kembali turun atau mengalami deflasi pada Juni 2025. IHK turun karena melandainya harga sejumlah bahan pangan hingga bahan bakar minyak (BBM) nonn-subsidi.

Badan Pusat akan mengumumkan data IHK Juni 2025 pada Selasa (1/7/2025).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi memperkirakan IHK secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksi turun atau mengalami deflasi sebesar 0,06%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih diproyeksi naik atau mengalami inflasi sebesar 1,75%.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan stagnan 2,41%.

Sebagai catatan, IHK pada Mei turun atau mencatat deflasi sebesar 0,37% sedangkan secara tahunan mencatat inflasi 1,6 (yoy).

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Jika IHK kembali terjadi deflasi maka ini akan menjadi deflasi keempat sepanjang tahun ini setelah Januari (-0,76%), Februari (-0,48%), dan Mei (0,37%). Secara historis, IHK pada Juni dalam lima tahun terakhir mengalami inflasi 0,14% (mtm). Pada Juni, inflasi justru biasanya menanjak karena adanya kenaikan pengeluaran untuk libur sekolah hingga biaya masuk sekolah.

Deflasi ini bisa menjadi kabar buruk ataupun baik. Deflasi pada Juni bisa disebabkan oleh turunnya harga-harga pangan serta harga BBM non-subsidi. Artinya, harga barang yang turun ini bisa mengurangi beban masyarakat.

Namun, deflasi juga bisa menjadi kabar buruk karena bisa mencerminkan pelemahan daya beli. Terlebih, Indonesia sudah kerap mencatatkan deflasi pada tahun ini.Melandainya harga barang bisa dipicu oleh melemahnya permintaan bukan lagi karena harga kembali normal atau pasokan yang mencukupi.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, memperkirakan IHk akan mengalami deflasi karena menurunnya harga komoditas pangan seperti minyak goreng, gula, daging sapi, ayam, kedelai, cabai, cabai merah, dan bawang putih.

Harga BBM nonsubsidi juga menurun seiring melemahnya harga minyak global. Selain itu, harga emas dan perhiasan juga turun.

Namun demikian, beberapa komoditas masih mencatatkan kenaikan harga, seperti rokok, rokok filter, beras, bawang merah, serta tarif listrik yang kembali ke tingkat normal.

Sementara itu, kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan sejumlah harga pangan kembali naik setelah mengalami penurunan pada bulan sebelumnya. Inflasi kelompok harga bergejolak (volatile food) diperkirakan meningkat terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah dan beras.

0 Komentar