SUASANA di Kraton Kanoman Cirebon, berubah menjadi ruang kontemplasi sejarah pada Jumat (27/6) malam. Saat itu, lampu chandelier yang menggantung dari langit-langit memantulkan cahaya temaram, berpendar lembut di antara warna hijau tua dan emas yang mendominasi ruangan.
Di dalam ruangan bernama Bangsal Prabayaksa, para abdi dalem hingga pujangga keraton duduk berbaris di panggung rendah, bersarung batik dengan ikat kepala. Api lilin pun menyala bersahaja di dekat mereka.
Di hadapan mereka, puluhan pasang mata menatap dengan takzim. Larut dalam laku lisan yang diwariskan turun-temurun yakni prosesi pembacaan Babad Cirebon.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Sebagian tamu adalah generasi muda. Mereka hadir untuk menyelami akar dari tanah yang mereka pijak dengan menyimak sebuah ritus yang telah berlangsung sejak lama.
Udara pun terasa sarat makna, seolah angin pun enggan berhembus terlalu keras agar tidak mengusik kekhidmatan yang tengah bertunas. Lelakon yang dituturkan para abdi dalem keraton itu bisa dianggap sebagai mantra, agar sejarah tak musnah ditelan ingatan yang semakin pendek.
Tradisi ini sebenarnya dimulai sejak sore hari, tepatnya setelah sholat ashar. Tokoh adat, keluarga keraton, dan abdi dalem berkumpul di area Bangsal Witana. Di tempat tersebut, mereka melaksanakan doa bersama dan tawasul untuk Pangeran Cakrabuana.
Bangsal Witana memiliki posisi penting dalam sejarah keraton. Sebab, di sinilah titik awal pembukaan wilayah Lemahwungkuk, yang kemudian dikenal sebagai Caruban atau Cirebon.
Nama Witana bermakna tanah pembuka. Tempat ini berada di area belakang Bangsal Mande Mastaka, lokasi utama tempat bertahtanya Sultan Kanoman.
Prosesi tawasul di area tersebut menjadi penanda dari rangkaian tradisi pembacaan Babad Cirebon, yang rutin digelar setiap malam 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Pada pukul 20.00 WIB, pembacaan Babad Cirebon dimulai. Suara lantang namun lembut terdengar dari para penutur yang membacakan setiap bait dari naskah babad.
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
Irama pembacaan diatur pelan, menjaga kesakralan dan ketertiban acara. Naskah yang dibacakan malam itu mengisahkan perjalanan awal berdirinya Cirebon.
Diceritakan bahwa wilayah Lemahwungkuk, salah satu lokasi di daerah ini, awalnya hanyalah kawasan hutan pesisir yang sepi dan nyaris tak berpenghuni.