Ternyata Donald Trump Punya Sejarah Panjang Tidak Percaya Intelijen Amerika Serikat

Presiden Trump berpidato di markas CIA di Langley, Virginia, pada 21 Januari 2017, hari pertamanya menjabat.
Presiden Trump berpidato di markas CIA di Langley, Virginia, pada 21 Januari 2017, hari pertamanya menjabat. (Mandel Ngan/AFP/Getty Images)
0 Komentar

Pada Juli 2016, komunitas Intelijen AS menuduh Putin mencampuri pemilihan presiden AS dengan tujuan membantu Trump mengalahkan penantang dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Pada bulan November tahun itu, Trump memenangkan pemilihan. Tim transisinya kemudian menegur laporan Intelijen yang menyimpulkan bahwa peretas Rusia telah secara diam-diam mencampuri pemilihan.

“Mereka adalah orang-orang yang sama yang mengatakan Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal,” ujar tim transisi Trump dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

“Saya pikir itu hanya alasan lain. Saya tidak percaya itu. Tidak seorang pun benar-benar tahu. Dan peretasan sangat menarik. Begitu mereka meretas, jika Anda tidak menangkap mereka saat beraksi, Anda tidak akan menangkap mereka. Mereka tidak tahu apakah itu Rusia atau China atau orang lain. Itu bisa saja seseorang yang sedang tidur di suatu tempat. Mereka tidak tahu,” ujar Trump dalam sebuah wawancara pada Desember 2016.

Pada bulan Juli 2018, AS mendakwa 12 perwira intelijen militer Rusia. Menurut Wakil Jaksa Agung saat itu dipegang oleh Rod Rosenstein, AS menuduh mereka terlibat dalam ‘operasi siber aktif untuk mencampuri pemilihan presiden 2016’.

Dakwaan tersebut merupakan bagian dari penyelidikan atas tuduhan kolusi antara tim Trump dan Rusia sebelum pemilihan 2016, yang dipimpin oleh mantan Direktur FBI Robert Mueller.

Pada bulan yang sama, Trump bertemu dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin di Helsinki untuk pertemuan puncak bersama. Selama konferensi pers bersama setelah kedua pemimpin melakukan diskusi pribadi, Trump mendukung Putin atas desakan pemimpin Rusia itu bahwa Kremlin tidak ikut campur dalam pemilihan 2016.

“Saya sangat percaya pada orang-orang intelijen saya, tetapi saya akan memberi tahu Anda bahwa Presiden Putin sangat kuat dan tegas dalam penyangkalannya hari ini,” ujar Trump.

“Dia hanya mengatakan itu bukan Rusia. Saya akan mengatakan ini: Saya tidak melihat alasan mengapa itu bisa terjadi,” lanjutnya.

Trump juga mengatakan penyelidikan Mueller adalah bencana bagi AS dan menciptakan perpecahan antara Washington dan Moskow. Di mana keduanya adalah dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Sementara itu, mantan Direktur CIA John Brennan menyebut pernyataan Trump selama konferensi pers tidak lebih dari pengkhianatan. Trump kemudian mencabut izin keamanan Brennan. Izin tersebut memberikan akses kepada beberapa mantan pejabat tertentu untuk mendapatkan informasi dan pengarahan rahasia.

0 Komentar