DALAM beberapa tahun terakhir, dunia terlihat semakin mendidih oleh konflik-konflik yang tak kunjung mereda. Perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung selama bertahun-tahun belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Kini, ketegangan baru muncul di Timur Tengah antara dua negara yang memiliki pengaruh besar dan sejarah rivalitas panjang: Iran dan Israel. Dua medan konflik besar ini seakan menjadi bara yang menyala dalam sistem internasional yang dianggap mudah terbakar.
Di tengah atmosfer global yang semakin bergejolak ini, perbincangan tentang kemungkinan meletusnya Perang Dunia ke-3 kembali mengemuka. Media sosial ramai dengan analisis, spekulasi, dan kekhawatiran publik. Banyak yang bertanya-tanya: bagaimana jika skala konflik saat ini tiba-tiba melebar menjadi perang global? Apakah dunia sedang bergerak menuju jurang konfrontasi total antara kekuatan besar?
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Dari gelombang kekhawatiran ini, muncul pula perbincangan tentang posisi negara-negara yang jauh dari pusat konflik—termasuk Indonesia. Banyak warganet dan pengamat politik internasional mengangkat satu pertanyaan menarik: jika benar terjadi perang dunia, seberapa terdampaknya Indonesia? Akankah negara ini ikut terseret, atau justru akan menjadi salah satu tempat paling aman di dunia?
Pertanyaan ini bukan hanya soal rasa ingin tahu, tapi juga cerminan dari kebutuhan manusia untuk memahami posisi dirinya dalam peta ancaman global. Dan untuk menjawabnya, kita perlu menelaah Indonesia secara objektif—bukan dari sisi emosional, melainkan dari sudut pandang geopolitik dan dinamika global.
Titik Netral yang Strategis?
Beberapa pengamat geopolitik dan peneliti hubungan internasional telah menyampaikan kemungkinan bahwa Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang relatif aman jika dunia benar-benar tergelincir dalam konflik global berskala besar. Pandangan ini bukan tanpa dasar. Ada tiga faktor utama yang memperkuat argumen ini: letak geografis, kebijakan politik luar negeri, dan kondisi lingkungan regional Indonesia.
Letak Geografis yang Tidak Konfrontatif
Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara, yang secara historis tidak menjadi titik sentral konfrontasi antara kekuatan besar dunia. Berbeda dengan kawasan seperti Eropa Timur, Timur Tengah, atau bahkan Semenanjung Korea, Asia Tenggara relatif tidak masuk dalam prioritas militer langsung dari negara-negara adidaya dalam skenario perang besar. Indonesia juga tidak berbatasan langsung dengan negara-negara yang memiliki senjata nuklir atau menjadi anggota aliansi militer agresif.