Seberapa Penting Selat Hormuz bagi Ekonomi Dunia

Aris Armunanto, SE. Ak, MM
Aris Armunanto, SE. Ak, MM
0 Komentar

Hal ini memaksa operator kapal untuk mengubah rute lalu lintas mereka di sekitar ujung selatan Afrika, alih-alih melewati Terusan Suez—perjalanan yang lebih panjang dan mahal bagi kapal-kapal yang berlayar antara Asia dan Eropa.

Iran juga bisa memasang ranjau laut di selat tersebut, meski risiko yang ditimbulkan bagi kapal-kapal mereka sendiri mungkin membuat langkah tersebut kurang memungkinkan.

Salah satu dampak paling signifikan pada pelayaran sejauh ini akibat konflik ini ialah gangguan sinyal sistem penentuan posisi global (GPS) yang digunakan untuk navigasi, di mana hampir 1.000 kapal terdampak setiap hari sejak 13 Juni.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Gangguan itu membuat navigasi lebih sulit dilakukan dengan aman dalam kondisi tertentu, dan kemungkinan besar menjadi penyebab kecelakaan kapal tanker minyak pada 17 Juni lalu.

Jika selat ini menjadi berbahaya bagi operator maritim, kapal-kapal mungkin hanya akan melintas dalam konvoi di bawah perlindungan angkatan laut Barat.

Hal ini akan memperlambat lalu lintas, membuatnya kurang efisien, tetapi seharusnya tidak memengaruhi pasokan minyak.

Penutupan selat ini akan berdampak buruk bagi ekonomi Iran sendiri karena akan mencegahnya mengekspor minyak. Hal ini juga akan memicu amarah China, pembeli terbesar minyak Iran dan mitra penting yang menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Iran dari sanksi atau resolusi yang dipimpin Barat.

Bagaimana Harga Minyak Jika Iran Tutup Selat Hormuz?

Penutupan penuh Selat Hormuz selama lebih dari beberapa hari adalah skenario mimpi buruk. Tidak ada rute laut lain bagi minyak mentah dan bahan bakar yang keluar dari wilayah tersebut.

Dan jika Iran memblokir Selat Hormuz, bahkan hanya satu hari, harga minyak untuk sementara diperkirakan bisa mencapai US$120 atau bahkan US$150 per barel, menurut pendapat analis minyak mentah senior di Kpler Ltd. Serta melakukan penyerangan fasilitas produksi atau ekspor minyak utama di negara-negara tetangga, mungkin akan menaikkan harga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank A/S, mengatakan lonjakan harga minyak akibat gangguan aliran pasokan akan dibatasi karena pemerintah akan melepaskan sebagian cadangan darurat mereka, serta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bisa mengalihkan sebagian minyak mentah untuk menghindari Selat Hormuz.

0 Komentar