SETELAH terlibat perang terbuka selama 12 hari, Iran dan Israel dengan mediasi Amerika Serikat dan Qatar, Selasa pagi, 24 Juni 2025, mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Berakhirnya perang Iran-Israel itu memupus kecemasan akan meluasnya perang Iran-Israel menuju Perang Dunia III dengan melibatkan kekuatan regional dan internasional, seperti AS, Inggris, dan Jerman di belakang Israel serta Rusia, China, Korea Utara, dan Pakistan di belakang Iran.
Berakhirnya perang Iran-Israel yang berlangsung sengit selama 12 hari itu tentu merupakan skenario terbaik daripada meletus Perang Dunia III yang merupakan skenario terburuk. Berakhirnya perang Iran-Israel yang dimediasi AS dan Qatar itu merupakan win-win solution bagi semua pihak, yakni Iran, Israel, dan AS.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Kesadaran akan win-win solution tersebut menjadi faktor Iran dan Israel segera menerima tawaran gencatan senjata itu. Iran ataupun Israel memang sama-sama mengklaim meraih kemenangan dalam perang itu. Saling klaim kemenangan dari Iran dan Israel itu tentu bisa dipahami, yaitu untuk kepentingan konsumsi domestik dan regional kedua negara, Iran-Israel.
Posisi politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang cukup sulit di dalam negeri, di antaranya karena kasus korupsi, memaksa Netanyahu memanfaatkan momentum perang Iran-Israel untuk memperkuat kembali popularitas dan posisi politiknya.
Dalam konteks regional, Netanyahu ingin menjadikan perang Iran-Israel sebagai alat untuk memperkokoh posisi Israel sebagai kekuatan regional yang tangguh. Pada gilirannya, Israel menginginkan banyak negara Arab bersedia membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Sebaliknya, bagi rezim para Mullah di Iran, perang Iran-Israel menjadi momentum memperkuat posisi politik mereka di dalam negeri dalam menghadapi kelompok oposisi. Dengan kata lain, rezim para Mullah yang berkuasa di Iran sejak revolusi tahun 1979 semakin kuat pascaperang Iran-Israel itu. Dalam konteks regional, Iran tentu juga ingin menjadikan momentum perang Iran-Israel untuk menjadi kekuatan regional yang harus diperhitungkan.
Karena itu, pascaperang Iran-Israel ini, lanskap makro peta konflik di Timur Tengah tidak berubah, yakni tetap bertahan dengan apa yang disebut konflik Iran-Israel. Jadi, perang Iran-Israel yang berlangsung selama 12 hari itu boleh saja berakhir, tetapi konflik atau pertarungan Iran-Israel masih tetap berlanjut. Bahkan, perang Iran-Israel bisa berkobar lagi setiap saat jika muncul lagi faktor-faktor yang mengobarkan perang kedua negara tersebut.