Laporan Haaretz Ungkap Perwira Militer Israel Diperintah Tembak Warga Palestina di Lokasi Bantuan Gaza

(Foto: Abdel Kareem Hana)
(Foto: Abdel Kareem Hana)
0 Komentar

SEBUAH laporan mengejutkan dari surat kabar Israel Haaretz pada Jumat (27/6/2025) mengungkapkan bahwa perwira militer Israel (IDF) telah diperintahkan untuk secara sengaja menembak warga Palestina yang tidak bersenjata di lokasi distribusi bantuan di Gaza selama sebulan terakhir.

Menurut seorang tentara Israel anonim yang bertugas di Jalur Gaza, komandan mereka memerintahkan untuk menembak warga Palestina yang berada di dekat lokasi bantuan, meskipun mereka tidak bersenjata dan tidak menimbulkan ancaman. Tentara tersebut bahkan menyatakan bahwa IDF ‘sepenuhnya telah melanggar kode etik di Jalur Gaza’.

Menyusul laporan ini, Jaksa Militer Agung Israel telah memerintahkan penyelidikan oleh Mekanisme Pencarian Fakta dan Penilaian Staf Umum IDF terkait dugaan kejahatan perang yang dilakukan pasukannya di wilayah tersebut.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Situasi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) melaporkan bahwa sejak 27 Mei, ketika Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) mulai beroperasi, setidaknya 410 orang tewas saat mencoba mendapatkan bantuan kemanusiaan di pusat-pusat distribusi.

Israel sendiri telah menolak bekerja sama dengan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA). Sejak akhir Oktober 2024, parlemen Israel bahkan mengesahkan undang-undang yang melarang aktivitas UNRWA di Israel dan wilayah yang dikuasainya.

Larangan ini muncul setelah Israel menuduh beberapa staf UNRWA terlibat dalam serangan Hamas pada Oktober 2023, meski PBB menyatakan Israel belum memberikan bukti apa pun untuk mendukung tuduhan tersebut. Undang-undang ini mulai berlaku pada 30 Januari.

Di sisi lain, Israel dan Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS telah membuka titik-titik distribusi makanan di Jalur Gaza. Namun, penyaluran bantuan ini seringkali diwarnai serangan mematikan terhadap warga Palestina. Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, bahkan menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat untuk memindahkan paksa warga Palestina.

Israel melanjutkan serangannya ke Jalur Gaza pada 18 Maret, dengan alasan penolakan Hamas terhadap rencana AS untuk membebaskan sandera dan memperpanjang gencatan senjata yang berakhir pada 1 Maret. Namun, pada 19 Mei, Kabinet Keamanan Israel memutuskan untuk segera melanjutkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui jalur yang ada.

0 Komentar