Gabungan elemen-elemen di atas: nama operasi, kutipan kitab suci, simbol nasional Iran, dan retorika perubahan rezim, membuktikan kampanye yang lebih luas dari sekadar aksi militer. Ini adalah perang psikologis dan ideologis yang menyasar jantung identitas nasional Iran. Meskipun simbol-simbol pra-revolusi memiliki resonansi historis, dukungan terhadap oposisi Pahlavi di dalam Iran tetap terbatas. Banyak warga Iran, terutama generasi muda, melihat monarki sebagai masa lalu yang tidak relevan atau bahkan menindas.
“Rakyat Iran layak mendapatkan yang lebih baik daripada dinasti daur ulang lainnya atau boneka kepentingan asing. Setiap transformasi demokratis yang nyata harus dimulai dari dalam oleh rakyat, untuk rakyat, dan bebas dari hantu kekaisaran,” tulis Wahid Azal dalam kolomnya di CounterPunch.