Pernyataan tersebut bertolak belakang dengan pesan resmi pemerintahannya, yang sebelumnya menegaskan bahwa serangan terhadap Iran bukan bertujuan menggulingkan rezim, melainkan menghentikan program nuklirnya.
Ketidakkonsistenan ini menciptakan ambiguitas dalam kebijakan luar negeri AS, antara retorika provokatif dan strategi diplomatik yang lebih hati-hati. Beberapa analis menilai tindakan Trump kerap dilakukan sebagai antagonistik tetapi kurang memiliki tindak lanjut yang koheren.
Daniel B. Shapiro, mantan Duta Besar AS untuk Israel, memahami serangan AS terbaru ke berbagai situs nuklir Iran sebagai kesempatan untuk memaksa Iran memasuki babak baru diplomasi.
Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan
“[…]mengasumsikan Iran akan mengakui kekalahan setelah dipukul, tetapi sejarah menunjukkan bahwa Iran tumbuh subur di bawah tekanan dan jarang tunduk pada kekuatan arogan,” lanjutnya, dikutip Tehran Times.
Namun, pendekatan AS juga dinilai berisiko. Ketidakterpaduan pesan antara Trump dan pejabat seniornya membuka celah bagi Iran untuk mengeksploitasi perpecahan, dan memperumit upaya diplomasi jangka panjang.
Sebelumnya, menjelang dimulainya Operasi Rising Lion, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengunjungi Tembok Barat pada 12 Juni 2025 dan meninggalkan catatan berisi kutipan dari Bilangan 23:24: “Lihat, suatu bangsa akan bangkit seperti singa…”.
Sepuluh hari kemudian, ia kembali dan menulis, “Bangsa itu telah bangkit, bangsa Israel hidup.”
Ayat tersebut berasal dari nubuat Bileam, seorang nabi non-Israel yang justru memberkati Israel, menggambarkan bangsa itu sebagai kuat dan tak terkalahkan, seperti singa yang bangkit untuk berburu. Dalam tradisi Yahudi, citra singa juga merujuk pada Singa Yehuda, simbol kekuatan dan keteguhan bangsa Israel.
Penggunaan ayat ini bukan sekadar ekspresi religius, melainkan bagian dari strategi komunikasi yang terencana. Di dalam negeri, Netanyahu membingkai operasi militer besar-besaran dengan mencari berbagai pembenaran, meski harus melanggar kedaulatan wilayah lain.
Di luar negeri, terutama bagi audiens Iran, frasa “Rising Lion” sengaja dikaitkan dengan lambang singa dan matahari dari era pra-revolusi Iran, menyiratkan pesan ideologis yang tajam untuk menarik simpati oposisi. Retorika ini, meskipun ambigu, menunjukkan keinginan perubahan mendasar di Iran, baik melalui tekanan internal maupun destabilisasi simbolik.