SALAH satu operasi intelijen Israel Mossad yang mendapat sorotan luas di berbagai media internasional tahun lalu adalah ketika mereka melancarkan aksi serangan paling rumit dan berani dalam sejarah kontraintelijen: serangan bom pager atau penyeranta terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon.
Empat bulan setelah operasi itu, Lesley Stahl dari stasiun televisi CBS melalui program 60 Minutes mewawancarai dua agen Mossad senior yang baru saja pensiun.
Dalam wawancara itu agen Mossad bernama Michael (bukan nama sebenarnya), membeberkan bagaimana mereka menjalankan operasi serangan pager mematikan itu.
Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan
Lesley Stahl: Anda disebut sebagai case officer. Apa sebenarnya case officer itu?
Michael: Case officer adalah pemimpin operasi. Dia adalah komandan operasi tersebut.
Operasi ini dimulai 10 tahun lalu. Bukan dengan pager, tetapi dengan mempersenjatai walkie-talkie.
Michael: Walkie-talkie adalah senjata, seperti peluru, rudal, atau mortir.
Lesley Stahl: Jadi, bom walkie-talkie?
Michael: Bom walkie-talkie. Di dalam baterainya, terdapat alat peledak.
Pengakuan Agen Mossad: Kami Ciptakan Dunia Palsu, Kami Menulis Skenario, Kami Sutradara dan ProdusernyaDan itu adalah penemuan? Memasukkan alat peledak yang tidak dapat dideteksi ke dalam baterai?
Michael: Benar. Dibuat di Israel.
Lesley Stahl: Di Mossad?
Michael: Ya.
Lesley Stahl: Seperti yang saya pahami, walkie-talkie ini dimasukkan ke dalam rompi taktis yang dikenakan prajurit, lalu disimpan di saku.
Michael: Benar.
Lesley Stahl: Dekat dengan jantung.
Michael: Ya.
Lesley Stahl: Jadi Israel menjual perangkat ini ke Hizbullah. Hizbullah membayar untuk senjata yang akan digunakan melawan mereka sendiri.
Michael: Mereka mendapatkan harga yang bagus.
Harga yang “bagus” tidak boleh terlalu murah agar tidak mencurigakan. Pada akhirnya, Hizbullah membeli lebih dari 16.000 walkie-talkie yang bisa meledak ini, yang kemudian tidak diaktifkan oleh Israel selama 10 tahun hingga operasi pada bulan September.
Lesley Stahl: Bagaimana Anda meyakinkan Hizbullah untuk membeli ini?
Michael: Jelas mereka tidak tahu bahwa mereka membeli dari Israel.
Baca Juga:Ketua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung KudaKPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu Dekat
Profesi-profesi Ini Ternyata Masih Setia Pakai Pager Buat Komunikasi Ilustrasi dibuat dengan ChatGPTLesley Stahl: Dari siapa mereka pikir mereka membelinya?