Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Terbesar Tercatat pada 1921

Letusan Gunung Lewotobi Laki Laki, Selasa, 17 Juni 2025.
Letusan Gunung Lewotobi Laki Laki, Selasa, 17 Juni 2025.
0 Komentar

GUNUNG Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) meletus pada Selasa, 17 Juni 2025, pukul 17.50 WIB, dengan tinggi kolom abu mencapai lebih dari 10 kilometer. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengungkap erupsi hari ini termasuk besar pada awal tahun 2025.

“Sebelumnya letusan dengan tinggi kolom abu antara 6 ribu sampai lebih dari 10 ribu kilometer juga pernah terjadi dalam periode terkini pada akhir 2023 hingga pertengahan 2024 lalu,” ungkap Abdul, dalam keterangan resmi, Selasa, 17 Juni 2025.

Sebagai salah satu gunung api aktif, Gunung Lewotobi Laki-Laki punya sejarah panjang aktivitas vulkanik. Salah satu erupsi besar tercatat terjadi pada 1921, menghasilkan lontaran abu dan material vulkanik ke wilayah sekitarnya.

“Meski dokumentasinya masih terbatas,” kata Abdul.

Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan

Selanjutnya, erupsi signifikan terjadi pada 1935, ditandai dengan letusan eksplosif yang melontarkan abu dan lava pijar serta peningkatan aktivitas kegempaan yang cukup drastis. Kemudian, pada 1970, terjadi letusan bertipe strombolian dengan lontaran material hingga beberapa kilometer dari kawah.

“Letusan ini menyebabkan hujan abu ringan di beberapa desa sekitar lereng gunung,” ungkap dia.

Dua dekade kemudian, pada 1991, Gunung Lewotobi Laki-Laki mengalami erupsi cukup besar hingga menjadikan letusan paling kuat pada akhir abad ke-20. Letusan ini, kata Abdul, berdampak cukup signifikan terhadap aktivitas masyarakat dan menyebabkan peningkatan status gunung ke tingkat siaga.

“Meskipun tidak terjadi letusan besar, periode aktivitas pada tahun 2003 hingga 2004 menunjukkan peningkatan signifikan dalam kegempaan dan emisi gas. PVMBG saat itu meningkatkan status gunung ke Level II (Waspada). Periode tersebut menjadi salah satu fase paling aktif secara seismik dalam dua dekade terakhir,” jelas dia.

Abdul melanjutkan, erupsi terkini dimulai sejak akhir 2023 yang menunjukkan pola letusan yang kompleks, dengan beberapa fase letusan freatomagmatik dan freatik. Kemudian mulai Desember 2023 hingga Februari 2024, tercatat lontaran material pijar, awan panas guguran, dan hujan abu lebat yang berdampak langsung pada sejumlah desa, seperti Boru dan Klatanlo.

“Ribuan warga terpaksa dievakuasi, dan status gunung sempat dinaikkan ke Level IV (Awas). Aktivitas mulai menurun secara bertahap menjelang pertengahan 2024, namun kondisi gunung masih tergolong fluktuatif dan terus dipantau secara intensif,” tutur Abdul.

0 Komentar