14 Juli: Padepokan Diponegaran Peringati Harlah dan Khoul Kyai Raden Ahmad Walidi

Keberadaan sebuah makam tua di Desa Bumiharjo, yang terletak sekitar 1,82 km di utara Candi Borobudur, menyimp
Keberadaan sebuah makam tua di Desa Bumiharjo, yang terletak sekitar 1,82 km di utara Candi Borobudur, menyimpan kisah perjuangan seorang perempuan yang disebut sebagai bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro. Makam tersebut diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Gondowati atau BRAy Gondowati, seorang pejuang perempuan yang turut serta dalam Perang Jawa melawan Belanda pada 1825-1830.
0 Komentar

PADEPOKAN Diponegaran di Kabupaten Magelang akan menggelar peringatan Hari Lahir (Harlah) sekaligus khoul pendiri padepokan, Romo Kyai Raden Ahmad Walidi AMA, pada Minggu malam, 14 Juli 2025. Acara dijadwalkan dimulai pukul 20.00 WIB dan terbuka untuk masyarakat umum.

Peringatan ini akan diawali dengan ziarah ke makam para pendiri dan sesepuh padepokan, antara lain KH. R. Ahmad Walidi, BRAY Gondowati, R.T. Wirosentiko, T. Wiro Hadikromo, T. Wirokromo, serta Simbah Kyai Sodong. Prosesi ziarah menjadi agenda sakral yang rutin digelar sebagai bentuk penghormatan sekaligus penyambung doa kepada para leluhur.

Acara dilanjutkan dengan kirab pusaka mubeng desa, yaitu arak-arakan pusaka peninggalan para pendiri yang dibawa mengelilingi desa. Kirab ini merupakan bentuk spiritualitas masyarakat setempat dalam memohon keselamatan dan ketentraman desa secara menyeluruh.

Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan

“Peringatan ini bukan sekadar tradisi tahunan, tapi juga momentum menyegarkan kembali semangat perjuangan dan spiritualitas para leluhur,” ujar Farid Muhammad, Kasepuhan Padepokan Diponegaran, saat dikonfirmasi pada Senin (17/6).

Menurut Farid, Romo Kyai Ahmad Walidi adalah tokoh sentral dalam sejarah padepokan, tidak hanya sebagai ulama dan guru spiritual, tetapi juga penjaga nilai-nilai perjuangan moral dan budaya Jawa.

Usai kirab, acara akan dipusatkan di kompleks Padepokan Diponegaran dengan agenda pembacaan doa, pengajian, refleksi sejarah, serta kembul bujono, yaitu makan bersama sebagai simbol persaudaraan dan kebersamaan lintas golongan.

“Melalui harlah dan khoul ini, kami ingin merawat warisan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan para pendiri. Padepokan ini bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga ruang kebudayaan yang hidup,” tambah Farid.

Padepokan Diponegaran selama ini dikenal sebagai salah satu pusat spiritual dan kebudayaan Jawa yang tetap konsisten menjaga tradisi dalam bingkai keislaman dan nasionalisme. Kehadirannya menjadi ruang penting dalam membangun harmoni antara nilai religius, sosial, dan kebangsaan.

Panitia mengundang seluruh masyarakat, santri, dan pegiat budaya untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.

0 Komentar