Cuaca Ekstrem Picu Gagal Panen, Petani di India Pilih Bunuh Diri

Mirabai Khindkar mengatakan satu-satunya hal yang tumbuh dari lahannya adalah utang, setelah panen gagal karen
Mirabai Khindkar mengatakan satu-satunya hal yang tumbuh dari lahannya adalah utang, setelah panen gagal karena kekeringan dan suaminya bunuh diri. (AFP)
0 Komentar

CUACA ekstrem yang disebabkan perubahan iklim menambah tekanan baru kepada para petani di India. Hasil panen yang menyusut karena kekurangan air, banjir, meningkatnya suhu dan curah hujan yang tidak menentu menimbulkan utang yang melumpuhkan sehingga membuat para petani frustasi dan memilih bunuh diri.

Di sebuah pertanian kecil di negara bagian Maharashtra, India, Mirabai Khindkar mengatakan satu-satunya yang tumbuh dari tanahnya adalah utang, setelah panen gagal karena kekeringan dan suaminya bunuh diri.

Suami Mirabhai, Amol, dibebani utang kepada rentenir senilai ratusan kali lipat dari pendapatan tahunan pertanian mereka, setelah petak kedelai, millet, dan kapas seluas satu hektar layu karena panas yang menyengat. Dia akhirnya memilih menelan racun tahun lalu.

Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan

“Ketika dia di rumah sakit, saya berdoa kepada semua dewa untuk menyelamatkannya,” kata Mirabai yang berusia 30 tahun, suaranya bergetar,mengutip AFP. Amol meninggal seminggu kemudian, meninggalkan Mirabai dan tiga orang anaknya. Percakapan terakhirnya dengan Amol adalah tentang utang.

Bunuh diri petani memiliki sejarah panjang di India. Hasil panen yang menyusut karena kekurangan air, banjir, meningkatnya suhu dan curah hujan yang tidak menentu, ditambah dengan utang yang melumpuhkan, telah berdampak besar pada sektor yang mempekerjakan 45 persen dari 1,4 miliar penduduk India.

Tragedi seperti yang dialami keluarga Mirabhai terulang setiap hari di Marathwada, sebuah wilayah di Maharashtra berpenduduk 18 juta jiwa, yang dulunya dikenal dengan lahan pertanian subur.

Tahun lalu, peristiwa cuaca ekstrem di seluruh India mempengaruhi 3,2 juta hektar lahan pertanian, wilayah yang lebih besar dari Belgia, menurut kelompok penelitian Pusat Sains dan Lingkungan yang berbasis di New Delhi.

Lebih dari 60 persennya berada di Maharashtra.“Musim panas sangat ekstrem, dan bahkan jika kita melakukan apa yang diperlukan, hasilnya tidak cukup,” kata saudara laki-laki Amol dan sesama petani Balaji Khindkar. “Tidak ada cukup air untuk mengairi sawah. Hujan tidak turun dengan baik.”

Menurut Menteri Pertanian India Shivraj Singh ChouhAntara tahun 2022 dan 2024, sebanyak 3.090 petani bunuh diri di Marathwada, rata-rata hampir tiga kali sehari. Statistik pemerintah tidak menyebutkan secara spesifik apa yang mendorong para petani bunuh diri, tetapi analis menunjukkan kemungkinan akibat beberapa faktor.

0 Komentar