Vihara Lalitavistara Dibangun Masa Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen di Jalan Cilincing Lama Kebakaran

Vihara Lalistavistara di Cilincing Jakarta Utara terbakar.(Dok: Gulkarmat Jakarta Utara)
Vihara Lalistavistara di Cilincing Jakarta Utara terbakar.(Dok: Gulkarmat Jakarta Utara)
0 Komentar

Vihara Lalitavistara di Jalan Cilincing Lama, Jakarta Utara, kebakaran, Senin (9/6).

Kasiops Sudin Gulkarmat Jakarta Utara Gatot Sulaeman mengatakan, peristiwa kebakaran itu terjadi sekitar pukul 01.24 WIB.

Kebakaran Vihara Lalitavistara diketahui pertama kali oleh salah satu penjaga bernama Dimas.

“Pak Dimas sedang tidur mendengar suara seperti hujan ‘pletek pletek’, kemudian keluar kamar, melihat plafon altar, ternyata api sudah membesar,” ujar Gatot dalam keterangannya Senin.

Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan

Melihat hal itu, Dimas langsung bergegas menuju ke lantai bawah untuk melaporkan ke rekannya. Kemudian, mereka mengadukan peristiwa kebakaran tersebut ke pihak RW setempat.

“Pak RW melaporkan ke pemadam kebakaran,” kata Gatot.

Mendapat laporan tersebut, 13 unit mobil damkar dengan 47 personel diturunkan untuk memadamkan api.

Petugas tiba di lokasi pukul 01.35 WIB dan langsung melakukan pemadaman.mKemudian, sekitar 03.14 WIB, api baru berhasil benar-benar dipadamkan.

Gatot menduga penyebab kebakaran karena adanya permasalahan listrik. Akibat kebakaran tersebut Vihara Lalitavistara mengalami kerugian sekitar Rp 1 miliar.

Sebagai informasi, catatan sejarah menyebutkan, tempat ibadah umat Buddha yang satu ini dibangun persis pada masa Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen. Dulu Kelenteng ini bernama Sam Kuan Tai Tie.

Pada awal abad ke-16 banyak kapal layar Tiongkok singgah di Pulau Jawa. Di antaranya, sebuah kapal yang hendak berlabuh di pantai Cilincing. Pada masa itu, Cilincing merupakan salah satu pelabuhan kecil di utara Pulau Jawa. Kapal tersebut kandas di tempat dangkal.

Berbagai upaya dilakukan awak kapal untuk mengembalikan posisi kapal. Sayang, usaha itu berujung kesia-siaan. Mereka nyaris putus asa sehingga hari-hari panjang yang membosankan diisi dengan hanya menatap deburan pantai serta burung bangau singgah menyantap ikan-ikan kecil di pesisir pantai.

Baca Juga:Ketua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung KudaKPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu Dekat

Suatu hari, ketika menyelusuri pantai, awak kapal menemukan sebilah papan bertuliskan Sam Kuan Tai Tie. Mereka tahu bahwa tulisan yang tertera di papan itu merupakan nama kelenteng di daratan Tiongkok. Mereka sepakat membawa papan itu ke kapal.

Tiba di kapal, awak kapal pun menggelar sembahyang sambil berucap janji: bila kapal yang kandas ini bisa lepas maka mereka akan melakukan upacara sembahyang buah. Tengah malam, tiba-tiba air laut menjadi deras. Pelan-pelan posisi kapal berubah. Singkat kata: kapal dapat terapung kembali ke tengah laut.

0 Komentar