Sementara itu, Laut Merah—jalur laut yang dulunya diandalkan dunia—kini jadi medan perang armada Houthi. Hampir 200 serangan terhadap kapal dagang, termasuk kapal tanker minyak, telah dilakukan sejak akhir 2023. Biaya logistik naik, risiko meningkat, dan Laut Merah berubah dari jalur emas menjadi ladang ranjau. Kereta ini tidak hanya lebih cepat, tapi juga jauh lebih aman dari misil.
Iran, China, dan Mimpi Membentuk Cincin Emas
Di tengah tensi global, Iran menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang bersedia menjual minyak ke China meski diperintahkan berhenti oleh AS. Negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kuwait tak bisa berbuat banyak karena berada dalam pelukan diplomatik Washington.
Namun, rencana jangka panjang Beijing jauh lebih ambisius: menghubungkan Pelabuhan Chabahar (Iran) dan Pelabuhan Gwadar (Pakistan), menciptakan “Golden Ring” atau cincin emas yang menghubungkan China, Pakistan, Iran, Rusia, dan Turki. Sebuah konfigurasi strategis yang akan mengukuhkan dominasi BRI dari Pasifik ke Mediterania.
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
India pun gelisah. Proyek kereta Chabahar-Zahedan yang didukungnya terancam kalah cepat. Kedekatannya dengan AS membuat proyeknya tersendat, sementara China melaju kencang di lintasan geopolitik ini.
Washington tentu tidak tinggal diam. Dalam beberapa bulan terakhir, AS telah menaburkan sanksi ke mana-mana—mulai dari terminal penyimpanan minyak di Huizhou, China, hingga perusahaan-perusahaan di UEA dan Iran yang dituding mendukung program rudal Teheran.
Retorika dari Departemen Luar Negeri AS semakin keras, menyebut China sebagai pendukung utama aktivitas jahat Iran, dan memperingatkan akan terus menjatuhkan sanksi kepada siapa pun yang ikut terlibat, bahkan dari negara ketiga.
Namun, efek nyata dari sanksi-sanksi itu semakin dipertanyakan. China justru membantu Iran keluar dari jerat isolasi, memberi mereka akses ke teknologi, pasar, dan stabilitas ekonomi yang selama ini dibatasi. Dan semua itu meluncur di atas rel yang tak bisa dijaga kapal perang.
Di atas kertas, kereta barang China-Iran hanya soal efisiensi logistik. Tapi secara geopolitik, ini adalah simbol kedaulatan dan pembangkangan terhadap satu-satunya negara yang selama ini memonopoli lalu lintas kekuasaan global.