Julukan Syekh Ngabdullah melekat pada Ki Ageng Wanasaba ketika ia melakukan perjalanan ke Cirebon untuk mendapatkan pengajaran dari Sunan Gunung Jati. Berkat kecerdasan dan kealimannya, ia kemudian diangkat sebagai menantu oleh Sunan Gunung Jati dan namanya diubah menjadi Syekh Kabidullah (Syekh Abdullah al-Akbar) sebagai penghormatan.
Pada zaman Kerajaan Demak, Ki Ageng Wanasaba diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di Wonosobo, dan akhirnya diberi gelar Ki Gede Wanasaba.
Menyebarluaskan Ajaran Islam di Wonosobo
Mengutip dari artikel jurnal berjudul Islamisasi di Wonosobo pada Masa Demak dan Mataram Islam karya Ida Nur Azizah, mayoritas masyarakat Wonosobo masih menganut agama Hindu-Buddha kala itu.
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
Mereka meyakini adanya dewa yang menguasai alam semesta sehingga harus disembah. Meskipun Ki Ageng Wanasaba datang, bukan berarti penduduk Wonosobo beralih ke agama Islam secara masif. Ini disebabkan oleh keteguhan masyarakat setempat terhadap kepercayaan lama.
Namun, Ki Ageng Wanasaba yang merupakan murid dari Sunan Gunung Jati tidak kenal lelah. Melihat kemampuannya dalam olah roso dan olah bathin, ia pun dipanggil sebagai Ki Ageng Manahan. Dalam konteks ini, Manah memiliki arti hati, rasa, dan batin.
Makam Ki Ageng Wanasaba
Setelah memimpin daerah Plobangan di Wonosobo dari tahun 1489-1529, Ki Ageng Wanasaba meninggal pada tahun 1529 dan dimakamkan di pemakaman Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto.
Lantas, kepemimpinannya pun dilanjutkan oleh Ki Ageng Wanasaba II yang memerintah hingga tahun 1540. Tak jauh dari makam Ki Ageng Wanasaba, terdapat tiga makam yang merupakan peristirahatan pengikut dan santrinya, termasuk makam Kyai Chotik yang terletak di bawha pohon beringin tua.
Haul Ki Ageng Wonosobo
Sebelumnua, acara haul Sabtu (31/5) berlangsung khidmat, dihadiri oleh para ulama, tokoh masyarakat, dan unsur pemerintahan. Hadir dalam acara tersebut antara lain KH. Imaduddin Utsman al-Bantani dari Tangerang Banten sebagai pengisi ceramah utama, KH. Mufid dari Yogyakarta, Ketua PCNU Wonosobo KH. Abdurrahman Efendi, Rais JATMAN Wonosobo KH. Thobroni Syihab, serta tokoh lokal seperti KH. Rofiq Masykur, KH. Ahmad Musyafa, Idham Cholid, dan Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo yang hadir mewakili Bupati. Turut hadir Koordinator Komunitas Pancasila Dasar NKRI Bukan Pilar, Kanjeng Pangeran Eri Ratmanto Dwijonagoro.