Proses ELA melibatkan:
- Menyimpan ulang gambar dengan tingkat kompresi yang sama seperti aslinya.
- Menghitung perbedaan antara gambar asli dan gambar hasil penyimpanan ulang.
- Menampilkan perbedaan dalam bentuk peta kesalahan (error map), yang memperlihatkan area mencolok sebagai indikasi potensi manipulasi.
Dalam dunia forensik digital, ELA digunakan untuk:
- Verifikasi Keaslian Gambar: Mengetahui apakah suatu gambar telah diedit atau masih asli.
- Deteksi Pemalsuan Dokumen: Mendeteksi manipulasi pada tanda tangan, cap, atau elemen lain dalam dokumen digital.
- Investigasi Kriminal Digital: Memberikan bukti visual manipulasi gambar dalam konteks hukum atau penyelidikan.
Keunggulan utama ELA adalah kemampuannya mendeteksi perubahan secara visual tanpa bergantung pada metadata gambar, serta fleksibilitasnya untuk dikombinasikan dengan teknik forensik digital lain.
Meski demikian, penggunaan ELA tidak bisa berdiri sendiri sebagai alat bukti definitif. Metode ini hanya memberikan indikasi awal yang harus diperkuat dengan bukti dan metode forensik lain yang lebih komprehensif.