SUASANA mistis sangat terasa begitu kaki melangkah menuju pintu gerbang Umbul Jumprit yang terbuat dari susunan bata berbentuk seperti candi. Diperkirakan usianya sudah ratusan tahun lebih.
Seperti hampir di semua tempat keramat yang ada di Pulau Jawa, dua pohon beringin besar tampak mengapit pintu gerbang petilasan ini, sehingga menambah angker suasana di malam hari yang dingin dan sepi.
Ketika delik bersama para Bikkhu Thudong berkunjung ke Umbul Jumprit di Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah baru-baru ini, tampak kolam berair jernih yang dalamnya sebatas lutut hingga paha dan banyak terdapat sumber mata airnya.
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
Informasi yang dihimpun, pada umumnya, laku kumkum dilakukan sejumlah pelaku spiritual usai bermeditasi untuk menyerap energi kanuragan yang ada di sekitar mata air. Air Jumprit juga dipercaya bisa membuat awet muda, enteng rezeki, dekat jodoh serta sebagai sarana membersihkan energi negatif dan membuang sial.
Di bagian bawah dari sumber mata air, terdapat pula makam Ki Jumprit, seorang tokoh spiritual dari Kerajaan Majapahit yang selalu ramai dikunjungi para peziarah untuk keperluan tirakat atau juga ngalap berkah.
Nama Jumprit sudah disebutkan dalam serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit, seorang ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi dia juga salah seorang putra Prabu Brawijaya Raja Majapahit, dengan gelar Pangeran Singobarong.
Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung.
Setiap tahunnya para biksu selalu datang ke sumber mata air Jumprit untuk mengambil airnya guna keperluan upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur. Biasanya pengambilan air suci dilakukan tiga hari sebelum perayaan Waisak.