DI tengah semakin terus memanasnya polemik ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), seorang insinyur elektro bidang komputer dan telekomunikasi mengaku pernah meneliti tiga ijazah Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1985.
Salah satunya ijazah Jokowi. Ia mengungkapkan dirinya meneliti tiga ijazah yang didapat dari kiriman masyarakat melalui media sosial.
“Tahun 2021 (saat COVID) itu sedang puncak-puncaknya, itu mulai ramai tuduhan, isu tentang tuduhan ketidakaslian sebuah ijazah. Dan kemudian di Twitter ya, saat itu Twitter (X) ya, mulailah netizen ini membanding-bandingkan ijazah A dengan ijazah B tapi fakultasnya berbeda. Dengan MIPA, ada dengan Geologi, Fakultas Kehutanan dengan Fakultas Ekonomi gitu loh. Ya pasti berbeda, bentuk ijazahnya pasti berbeda, format penulisannya juga berbeda,” kata sosok yang menjadi narasumber dalam YouTube Channel Refly Harun dikutip delik di Jakarta, Senin (19/5/2025).
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
Ia menjelaskan untuk membandingkan ijazah harus dari fakultas yang sama. Menurutnya, pada masa itu setiap fakultas memiliki format tersendiri dalam menertibkan ijazah.
“Ada yang pakai tulisan tangan, ada yang pakai tulisan rapido, kan gitu kan. Kalau Fakultas MIPA itu hurufnya pakai rapido, tapi kalau Fakultas Kehutanan itu hurufnya pakai tulisan cantik itu loh,” ujar sosok yang disebut dengan panggilan “Bro” itu oleh Refly Harun.
Ia mengaku pada saat itu telah menyimpan dua ijazah yang akan diteliti, yakni ijazah dengan nomor 1117 dan 1120 dengan kelulusan 5 November 1985.
Adapun, ijazah dengan nomor 1120 merupakan ijazah Jokowi yang saat ini dipermasalahkan. Kemudian, ia membandingkan blanko dari kedua ijazah tersebut. Hasilnya, dua ijazah ini berbeda.
“Kan ijazah itu dibuat di atas blanko. Kalau blankonya sudah tidak sah, ya ijazahnya pasti tidak sah. Tapi kalau blankonya asli, isinya beda, tidak sah, itu namanya aspal. Asli tapi palsu. Cukup di blanko dulu, kalau blankonya sama, baru data di depannya yang kita cari kebenarannya,” jelasnya.
Ia pun kembali mencari satu ijazah lagi untuk dijadikan pembanding. Dia mengaku mendapat kiriman foto ijazah tersebut melalui pesan WhatsApp dengan nomor ijazah 1115 lulusan 5 November 1985 atau sama persis dengan dua ijazah yang sebelumnya telah dibandingkan.