SETIAP tahun, umat Buddha di seluruh dunia memperingati Hari Raya Waisak. Namun tak banyak orang tahu, Waisak bukan sekadar peringatan hari kelahiran Sang Buddha, melainkan juga mengenang dua peristiwa penting lainnya, yakni pencapaian Penerangan Agung (pencerahan) dan wafatnya (Parinibbana).
Waisak atau Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa utama dalam kehidupan Siddharta Gautama, yang kelak dikenal sebagai Sang Buddha.
Ketiga peristiwa itu adalah kelahirannya Sang Buddha di Taman Lumbini pada tahun 623 SM, pencapaian pencerahan sempurna di Bodhgaya pada usia 35 tahun di tahun 588 SM, serta wafatnya di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 SM.
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
Karena memperingati tiga peristiwa agung inilah, hari raya ini juga disebut Hari Trisuci Waisak. Seperti dijelaskan dalam Dhammapada XIX:296, “Mereka yang merenungkan kebajikan luhur Sang Buddha sepanjang siang dan malam, yang senantiasa sadar, adalah siswa-siswi Buddha Gotama.”
Sejarah dan Makna Waisak
Nama Waisak berasal dari istilah Vaisakha (Sansekerta) atau Vesakha (Pali), yang menunjuk pada bulan dalam kalender Buddhis. Biasanya, Waisak jatuh antara akhir April hingga awal Juni dalam kalender Masehi, bertepatan dengan purnama di bulan tersebut.
Waisak bukan hanya sebuah perayaan seremonial, melainkan juga menjadi momen refleksi bagi umat Buddha untuk meneladani nilai-nilai kebajikan Sang Buddha.
Seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, Sang Buddha mengajarkan Dhamma untuk satu tujuan mulia: membebaskan semua makhluk dari penderitaan menuju kebahagiaan sejati, bebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan.
Dalam mengajarkan Dhamma, Sang Buddha menggunakan tiga cara. Pertama, mengajar agar mereka yang mendengar dapat mengetahui secara mendalam dan mengerti dengan benar apa yang pantas untuk diketahui dan didengar; kedua, menggunakan contoh-contoh dan alasan sehingga Dhamma bisa direnungkan dengan benar; dan ketiga, mengajar dengan cara luar biasa agar para pengikut dapat meraih manfaat nyata dari praktiknya.
Sang Buddha, setelah mencapai pencerahan sempurna, dikenal sebagai Guru Tiada Tara dan Sang Buddha Guru Dunia, karena telah menunjukkan jalan menuju pembebasan melalui ajarannya.
Lumbini dan Bukti Sejarah Sang Buddha