Cikal Bakal Waisak Dirayakan di Candi Borobudur

Bikkhu Thudong di Candi Borobudur berdoa di stupa sebagai bagian dari perayaan Hari Tri Suci Waisak ke-2569 B
Bikkhu Thudong di Candi Borobudur berdoa di stupa sebagai bagian dari perayaan Hari Tri Suci Waisak ke-2569 Buddhis Era (BE) tahun 2025. Doa tersebut dilakukan untuk menghormati Buddha dan sebagai ungkapan syukur. Mereka juga melakukan pradaksina atau mengelilingi stupa sebagai bagian dari ritual keagamaan.
0 Komentar

“Untuk memudahkan bagaimana berat batu tersebut, sebuah balok batu diperlukan 4 orang untuk memikulnya,” tulis Noerhadi.

Saat penyusunan terjadi, orang-orang kala itu tidak menggunakan semen atau putih telur. Cara agar batu tersebut merekat adalah dengan menggesekkan sesama batu lalu diberi air. Tapi, cara ini hanya berlaku untuk batu bata.

Sedangkan, jika batu non-bata, maka caranya adalah membuat sambungan. Jadi, batu dipahat agar bisa memiliki pola saling mengunci. Di masa modern, teknik tersebut dinamai teknik interlock yang mirip permainan puzzle. Lewat sistem ini, orang terdahulu tinggal memasang saja suatu batu ke batu lain yang sesuai, hingga terkunci.

Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat

Sekilas cara ini terlihat mudah. Namun, kita harus membayangkan bagaimana sulitnya batu tersebut dipahat hingga berat batu saat dipikul. Apalagi, mereka juga harus membawa batu-batu tersebut hingga ke puncak dengan ketinggian mencapai 30 meter.

Atas kesulitan ini, tak heran Candi Borobudur dibangun dengan waktu lama. Noehardi bahkan menceritakan jangan membayangkan berapa orang yang meninggal saat proses pembangunan, entah itu terjatuh atau tertimpa batu. Namun, saat sudah selesai, Candi Borobudur bisa menunjukkan kegeniusan arsitek nenek moyang Indonesia dari zaman kerajaan.

Laman:

1 2
0 Komentar