GONDOWATI dipercaya sebagai sosok yang memiliki peran penting dalam sejarah lokal. Meskipun detail sejarahnya tidak belum terungkap, cerita-cerita tradisional dan kepercayaan masyarakat setempat menunjukkan bahwa ia memiliki pengaruh yang signifikan di daerah tersebut.
Di hadapan Jokowi, Pengageng Padepokan Diponegaran Gus Farid mengungkapkan Gondowati atau BRAy Gondowati, istri selir ke-13 Sultan Hamengkubuwono II yang selalu berjuang bersama laskar Gondho Wulung, pasukan Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Ia menjadi tokoh yang berperan bahwa tidak semua perempuan di istana Mataram kala itu hanya mengurusi urusan domestik
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
“Dulu makam tua tersebut tidak menggunakan batu tetapi menggunakan kayu jati. Sayangnya, kayu makam tua itu diduga dicuri oknum warga yang tidak bertanggung jawab. Bentuk makam mirip lesung,” ungkap spiritualis Gus Farid Wibawa, Minggu (23/2).
Ia mengungkapkan cerita keberadaan makam itu berawal dari budaya tutur adalah makam seorang prajurit pasukan Diponegoro di perang Jawa. “Tokoh di makam itu menurut cerita tutur seorang pejuang perempuan laskar Pangeran Diponegoro di wilayah utara candi Borobudur,” imbuhnya.
Sosok pejuang perempuan tersebut, kata Gus Farid, Gondowati atau BRAy Gondowati merupakan istri selir ke-13 Sultan Hamengkubuwono II yang selalu berjuang bersama laskar Gondho Wulung.
Ia sangat kharismatik dan sakti hingga merepotkan tentara Belanda. Namun, saat Gondowati mandi di Sendang. Belanda mengetahui kelemahannya hingga Gondowati tertembak hingga meninggal dunia.
“Seluruh pasukan Gondho Wulung dibantai habis tentara Belanda bersama kuda tunggangan Gondowati. Darahnya mengalir ke Sendang yang jernih hingga air berubah warna hijau daun. Gondowati wafat dalam keadaan hamil tua. Lalu, dimakamkan di Makam Kramat Gumuk,” paparnya.
Saat ini, kata Gus Farid, petilasan itu disebut Sendang Ijo diyakini sebagian masyarakat sebagai tempat ritual.
Makam kramat ini juga ditengarai ada batu pijakan Pangeran Diponegoro untuk melompati Kali Progo menuju seberang sungai menyerang pasukan Belanda. Sebelah makam Gondowati terdapat makam sesepuh desa cikal bakal Dusun Sodong Kyai Raden Wiro Setiko, Kyai Raden Wiro Kromo, Kyai Raden Hadi Kromo, Kyai Raden Yusak, putra Kyai Raden Abdulmanan, putra Kyai Raden Mubarok, putra Kyai Raden Santri atau Pangeran Singosari, putra Pemanahan saudara kandung laki-laki Sutowijoyo,” bebernya.