Kisah Bikkhu Thudong Utusan Resmi Kerajaan Thailand Menuju Candi Borobudur: Kaki Sobek Dijahit Sendiri

Bikkhu atau Bhante Thudong bersama umat Buddhis di halaman Vihara Gunung Kalong, Rabu (7/5)
Bikkhu atau Bhante Thudong bersama umat Buddhis di halaman Vihara Gunung Kalong, Rabu (7/5)
0 Komentar

DENGAN kaki melangkah perlahan tapi pasti, dan tekad sekuat batu, para biksu Thudong asal Thailand dan Malaysia akhirnya mendekati garis akhir perjalanan suci mereka: Candi Borobudur.

Perjalanan ini bukan sekadar lintasan geografis, tapi lintasan batin dan spiritual, penuh luka fisik dan ujian mental, bahkan sampai harus menjahit sendiri telapak kaki yang sobek agar bisa melanjutkan perjalanan keesokan harinya.

“Kalau demam, kena hujan, itu sudah biasa. Jalan lagi besoknya. Bahkan ada yang kukunya lepas, ada yang kakinya sobek, dijahit sendiri pakai benang malam hari, besoknya lanjut jalan,” cerita Kevin Wu, Koordinator Panitia Thudong wilayah Jakarta, dalam konferensi pers perayaan Waisak 2025 di kawasan Borobudur, Kamis, 8 Mei 2025.

Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat

Perjalanan thudong ini adalah praktik ziarah kuno dalam ajaran Buddha, yang sudah berlangsung lebih dari 2.500 tahun sejak zaman Buddha Gautama.

Dahulu, mereka berjalan kaki tanpa alas dari satu tempat suci ke tempat suci lainnya, sebagai bentuk keteguhan spiritual dan latihan diri.

Tahun ini, para biksu yang merupakan utusan resmi Kerajaan Thailand memulai perjalanan dari Bangkok pada 6 Februari, melintasi Malaysia, Singapura, dan masuk ke Indonesia melalui Batam pada 16 April.

Setelah menjejakkan kaki di Jakarta pada 18 April, rombongan menyusuri jalur pantura yang padat, melewati Bekasi, Karawang, dan kota-kota lainnya.

Perjalanan panjang itu mereka jalani tanpa keluhan, meskipun penuh risiko dan gangguan dari cuaca, kendaraan, hingga medan jalan yang tidak ramah.

“Kalau kita lihat, ini bukan sekadar kekuatan fisik, tapi perpaduan antara mental, spiritual, dan semangat yang luar biasa,” kata Kevin.

Ia juga menyebutkan bagaimana dukungan dari berbagai elemen, termasuk organisasi Dharma Pala Nusantara serta pengamanan dari TNI dan Polri, sangat penting untuk menjaga kelancaran perjalanan ini.

Lantas, mengapa Candi Borobudur menjadi tujuan utama?

Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin

Kevin mengaku ini adalah pertanyaan besar yang sebaiknya dijawab langsung oleh para biksu.

“Ini bukan sekadar tempat yang dilewati, tapi menjadi tujuan utama. Apa yang mereka lihat di Borobudur, yang mungkin tidak kita lihat? Itu yang harus kita gali,” ucapnya.

0 Komentar