PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengejutkan kalangan politik di Washington dengan mengumumkan sebuah kesepakatan dengan kelompok Houthi untuk menghentikan serangan militer Amerika Serikat di Yaman, dalam sebuah langkah yang digambarkan sebagai langkah yang cepat dan tak terduga.
Pada 15 Maret 2025, Trump meluncurkan kampanye militer terbesar dalam masa jabatan barunya melawan Houthi, yang mengakibatkan pembunuhan ratusan warga sipil dan penghancuran sebagian besar infrastruktur di Yaman.
Menurut laporan militer Amerika Serikat, terkonfirmasi penargetan lebih dari 1.000 situs dan pembunuhan sejumlah pemimpin kelompok tersebut.
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
Namun, terlepas dari kampanye intensif tersebut, operasi ini belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk “memulihkan kebebasan navigasi internasional”, menurut pernyataan militer Amerika Serikat.
Perusahaan-perusahaan pelayaran internasional telah menangguhkan operasi mereka di Laut Merah karena perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang oleh peneliti Quincy Institute for Gulf Affairs, Anil Shlain, dilihat sebagai kegagalan strategis bagi Washington dalam mencapai tujuannya.”Kesepakatan dengan Houthi didorong oleh tiga motif utama,” katanya kepada Aljazeera NetJumat (9/5/2025). Yaitu sebagai berikut:
Pertama, menanggapi tuntutan Teluk dan keinginan Trump untuk meredakan ketegangan dengan Houthi menjelang lawatannya ke wilayah Teluk, di mana Saudi membutuhkan stabilitas Laut Merah untuk menyukseskan Visi 2030.
Kedua, memfasilitasi pembicaraan dengan Teheran. Perjanjian ini memberikan lingkungan yang tidak terlalu tegang untuk negosiasi nuklir Amerika Serikat-Iran, terutama setelah dikeluarkannya Penasihat Keamanan Nasional Michael Waltz karena kedekatannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Ketiga, kekhawatiran tentang kemampuan Houthi. Sebuah rudal Houthi yang mendarat di dekat Bandara Ben Gurion dan melewati sistem pertahanan THAAD Amerika Serikat membingungkan Washington, sehingga mendorong upaya peredaan.
Perkembangan ini terjadi menjelang kunjungan Trump ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar dalam waktu sepekan, sebuah langkah yang menurut para analis akan mendapatkan momentum setelah penangguhan serangan.
Penangguhan serangan tersebut memberikan Trump kesempatan untuk tampil sebagai presiden yang kuat.
Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin
“Ini sekaligus meredakan kemarahan masyarakat Teluk terhadap serangan Amerika Serikat yang menargetkan warga sipil Yaman”, kata Jawdat Bahgat, seorang profesor studi Iran di Universitas Pertahanan Nasional Pentagon.