Momen 3 Peristiwa Agung Sidharta Gautama, Candi Borobudur Pusat Tri Suci Waisak 2569 BE

Bikkhu atau Bhante Thudong saat singgah di Kabupaten Semarang, Rabu (7/5)
Bikkhu atau Bhante Thudong saat singgah di Kabupaten Semarang, Rabu (7/5)
0 Komentar

CANDI Borobudur menjadi salah satu pusat perayaan puncak hari Tri Suci Waisak 2569 BE yang jatuh pada hari Senin, 12 Mei 2025.

Momen memperingati tiga peristiwa agung dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan, dan parinibbana (wafat) di Candi Borobudur ini akan diikuti oleh ribuan umat Buddha dari berbagai daerah di Indonesia.

Pembimbing Masyarakat Buddha Kementerian Agama Jawa Tengah, Karbono, menyampaikan bahwa perayaan Waisak diharapkan tidak hanya menjadi momentum religius, tetapi juga bagian dari gerakan kolektif seluruh umat untuk melatih diri dan memperkuat praktik dhamma dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat

“Mari kita hadirkan perwujudan nilai-nilai Buddhis dalam praktik kehidupan nyata, menciptakan ruang pertemuan antara nilai spiritual dengan aksi sosial, antara sakralitas dan kemanusiaan. Melalui pendekatan ini, Waisak bukan hanya dirayakan secara ritualistik, tetapi menjadi sumber transformasi nyata untuk memberi manfaat bagi umat dan masyarakat luas,” ujar Karbono seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (9/5).

Sementara itu, Tokoh agama Bhikkhu Dhammavuddho Thera mengatakan bahwa ajaran Sang Buddha mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kedamaian dan kerukunan beragama melalui Saraniya Dhamma Sutta, yang mengandung enam nilai kehidupan.

Di antaranya menyebarkan cinta kasih melalui perbuatan (Mettakaya Kamma), cinta kasih melalui ucapan (Mettavaci Kamma), menyebarkan cinta kasih dari pikiran (Mettamano Kamma), selalu berbagi pada sesama (Sadharanaboghi), menjalankan kehidupan yang bermoral (Silaamannata), dan dilandaskan pada pandangan akan kebenaran yang sama (Ditthisamannata).

“Makna spiritual dari perayaan Waisak di kawasan Candi Borobudur tidak hanya berakar pada ritual atau seremonial semata, tetapi mencakup penghayatan mendalam terhadap ajaran Buddha yang menyentuh dimensi batin, kesadaran, dan tujuan hidup manusia. Perayaan ini menjadi momen kontemplatif, reflektif, dan transformasional yang sangat penting bagi umat Buddha,“ jelas Bhante Dhammavuddho.

Sub Koordinator Museum dan Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur Wiwit Kasiyati mengatakan Candi Borobudur bukan hanya situs religi namun juga warisan budaya dunia yang hidup, terbuka bagi semua kalangan, lintas kepercayaan, dan latar belakang, sehingga Borobudur dapat berfungsi sebagai jembatan dialog antarbudaya serta pusat kontemplasi dan kedamaian dunia.

0 Komentar