Aktivis Kagama Dorong Pemprov Jateng Konservasi Cagar Budaya Makam Gondowati, Pejuang Perempuan Perang Jawa

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Ketua Kagama Cirebon Heru Subagia, Rabu (8/5)
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Ketua Kagama Cirebon Heru Subagia, Rabu (8/5)
0 Komentar

BANYAK orang menghindari pekuburan, menganggapnya sebagai sebagai tempat hantu bersarang dan latar kejadian-kejadian seram yang bersinggungan dengan alam lain.

Namun, ada pula orang-orang seperti Heru Subagia yang senang mengunjungi makam-makam tua di kala senggang serta menikmati suasananya yang tenang.

Keberadaan sebuah makam tua di Desa Bumiharjo, yang terletak sekitar 1,82 km di utara Candi Borobudur, menyimpan kisah perjuangan seorang perempuan yang disebut sebagai bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro.

Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat

Makam tersebut diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Gondowati atau BRAy Gondowati, seorang pejuang perempuan yang turut serta dalam Perang Jawa melawan Belanda pada 1825-1830.

“Negara harus hadir, pelestarian situs ini menjadi tantangan tersendiri. Masyarakat setempat, akademisi, dan pemerintah bekerja sama untuk menjaga keutuhan makam agar tetap menjadi saksi sejarah peradaban Islam di Nusantara,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (8/5).

Menurut Ketua Kagama Cirebon ini, salah satu bentuk pelestarian yang dilakukan adalah renovasi dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, sehingga nilai sejarahnya tetap terjaga.

Heru menyampaikan harapannya agar keberadaan makam ini bukan hanya sebagai tempat ziarah, tetapi juga sebagai simbol harmoni budaya yang mengajarkan pentingnya toleransi dan dialog antar budaya.

“Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus turun gunung bahwa kisah Gondowati menjadi pengingat pejuang perempuan Islam yang turut serta dalam Perang Jawa melawan Belanda pada 1825-1830,” tandasnya.

Hal ini dapat menjadi Inspirasi, kata Heru, bagi generasi mendatang untuk menjaga semangat toleransi dan keberagaman dalam kehidupan beragama di Indonesia.

“Sebagai warisan sejarah, makam ini memiliki nilai yang tak ternilai. Keberadaanya mengajarkan bahwa Islam dapat tumbuh dan berkembang melalui pendekatan yang menghargai budaya setempat,” ujarnya.

Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin

Oleh karena itu, Heru menegaskan penting bagi kita untuk terus menjaga dan melestarikan makam Nyai Gondowati sebagai bagian dari identitas sejarah dan budaya Indonesia.

“Nilai-nilai yang terkandung dalam situs ini dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang,” pungkasnya.

0 Komentar