KABINET Israel dilaporkan telah menyetujui rencana ambisius untuk menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza dan memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi ke Gaza selatan.
Rencana Israel ini disebut-sebut sebagai bagian dari strategi jangka panjang negara zionis tersebut untuk mengalahkan Hamas dan mengendalikan distribusi bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Mengutip laporan Associated Press, dua pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya menyebutkan bahwa keputusan ini diambil dalam rapat kabinet pada Senin (5/5/2025).
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
Rencana Israel tersebut dengan mempertahankan kehadiran tentara mereka di Gaza tanpa batas waktu dan melancarkan serangan intensif ke target-target Hamas.
Langkah ini diperkirakan akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, yang sebelumnya telah mengalami kelumpuhan akibat blokade bantuan, kekurangan pangan, air bersih, serta bahan bakar.
Sejak gencatan senjata runtuh pada pertengahan Maret, militer Israel terus melancarkan serangan besar-besaran dan kini menguasai sekitar 50% wilayah Gaza.
Pemerintah pimpinan Benjamin Netanyahu belum memberikan pernyataan resmi mengenai rencana yang disetujui kabinet Israel ini.
Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengeluarkan perintah mobilisasi terhadap puluhan ribu pasukan cadangan sebagai persiapan kemungkinan invasi darat berskala luas.
Salah seorang pejabat menyebutkan juga rencana Israel untuk menggunakan perusahaan keamanan swasta guna mengelola distribusi bantuan di Gaza.
Rencana tersebut ditolak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena dinilai melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh badan internasional itu.
Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin
Kelompok Hamas, yang masih menahan puluhan sandera, menolak untuk menyerah. Israel menegaskan bahwa kampanye militer tidak akan dihentikan sampai Hamas sepenuhnya dikalahkan.
Di sisi lain, Hamas menuntut kesepakatan jangka panjang yang mengakhiri konflik dan menjamin masa depan Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa lebih dari 52.000 orang telah tewas sejak perang Gaza pecah, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Namun, angka tersebut tidak mengklasifikasikan jumlah warga sipil dan kombatan secara terpisah. Israel sendiri mengeklaim masih ada 59 sandera yang ditahan, dengan sekitar 35 di antaranya diyakini telah tewas.
Rencana Israel ini semakin memperkuat kekhawatiran komunitas internasional mengenai eskalasi konflik dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan serta nasib warga sipil yang terus menjadi korban.