PDI Perjuangan kini tengah berada di persimpangan kepemimpinan. Megawati tak lagi muda dan ia harus memikirkan masa depan kepemimpinan partai, utamanya terkait siapa yang akan jadi penerusnya. Demikian keterangan tertulis pengamat politik dan intelijen, Bondhan W, Minggu (4/5).
“Mega dikenal sebagai pemimpin dengan kharisma yang kuat, membuatnya sangat dipandang oleh kader PDI Perjuangan pun lawan-lawan politiknya. Inilah yang disebut masih susah untuk dicarikan pengganti yang sepadan yang juga memiliki kharisma politik serupa,” ungkapnya.
Dikatakan Bondhan, Megawati menjelma menjadi simbol sekaligus jangkar ideologis partai. Namun, waktu tak bisa dibendung. Megawati kini memasuki usia senja, dan pertanyaan besar mulai mengemuka: siapa yang akan menggantikan posisinya sebagai Ketua Umum?
Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat
“Dua nama utama yang paling sering disebut adalah Puan Maharani dan Prananda Prabowo—anak-anak Megawati yang sejak lama dirawat dalam inkubator kekuasaan partai. Puan, dengan pengalamannya sebagai Menteri dan kini Ketua DPR RI, telah lama dinarasikan sebagai pewaris sah. Sementara Prananda, meski jauh dari sorotan publik, memiliki kendali di balik layar dalam hal strategi digital dan komunikasi partai,” papar Bondhan.
Menurutnya, Megawati bukan hanya seorang pemimpin administratif, ia adalah figur yang mampu menyatukan berbagai faksi internal, membungkam pembangkang, dan menjaga aura ideologis partai tetap menyala—meskipun kadang dengan cara yang otoriter. Ketika Megawati tak lagi menjabat, PDIP menghadapi risiko besar: terpecah, kehilangan arah, dan bahkan mengalami demoralisasi ideologis.
“Saat ini, berbagai tanda kerapuhan mulai tampak. Perpecahan faksi, ketergantungan pada koalisi kekuasaan, hingga isu loyalitas kader menjadi ancaman laten. Tanpa Megawati, siapa yang mampu menengahi konflik internal, menjaga garis ideologi, dan memastikan partai tetap relevan dalam lanskap politik yang semakin pragmatis dan kapitalistik?” ujarnya.
Lebih lanjut, Bondhan menekankan mungkin bukan Puan atau Prananda yang akan memimpin PDIP di masa depan, tapi figur lain yang mampu menjembatani ideologi partai dengan kebutuhan zaman. Politik Indonesia membutuhkan partai yang tidak hanya kuat secara elektoral, tapi juga bermutu dalam kepemimpinan.