Kebebasan Pers Global dalam Situasi Sulit, Praktik Jurnalisme Semakin Berbahaya

Seorang jurnalis mengumpulkan tanda bertuliskan ‘Jurnalism is not a Crime’ 27 Februari 2014 (Adam Berry/Getty
Seorang jurnalis mengumpulkan tanda bertuliskan ‘Jurnalism is not a Crime’ 27 Februari 2014 (Adam Berry/Getty Images)
0 Komentar

Menurut Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025 oleh Reporters Without Borders, kebebasan pers global berada dalam situasi yang sulit untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Lebih dari separuh populasi dunia hidup di negara-negara dengan sedikit atau tanpa kebebasan pers, dan praktik jurnalisme menjadi semakin berbahaya.

Di Amerika Serikat (AS), kebebasan pers mencapai titik terendah dalam sejarah, kini dikategorikan sebagai “bermasalah” alih-alih “memuaskan”. Penurunan ini mencerminkan tren global yang lebih luas, yang mana lebih dari separuh populasi dunia hidup di negara-negara dengan sedikit atau tanpa kebebasan pers, dan praktik jurnalisme menjadi semakin berbahaya.

Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat

Di Eropa, meskipun kebebasan pers dianggap sebagai pilar demokrasi, ancaman tetap ada. Parlemen Eropa menekankan pentingnya mempertahankan kebebasan media dan memperingatkan tanpa jurnalisme yang bebas, demokrasi tidak dapat berfungsi.

Dalam rangka memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia, penting bagi kita semua, baik individu, masyarakat, maupun negara, untuk memahami berbagai tantangan ini dan berkomitmen dalam melindungi serta memperkuat ekosistem pers yang bebas, aman, dan bertanggung jawab.

0 Komentar