Musim Panen Padi di Cirebon Timur Berantakan, 4.500 Hektar Lahan Pertanian di 7 Kecamatan Terdampak

Kondisi lahan sawah di salah satu dari tujuh kecamatan di wilayah Timur Kabupaten Cirebon yang tampak mulai me
Kondisi lahan sawah di salah satu dari tujuh kecamatan di wilayah Timur Kabupaten Cirebon yang tampak mulai mengering. (IST)
0 Komentar

MUSIM tanam padi di Kabupaten Cirebon wilayah timur terancam berantakan.

Ribuan hektare lahan sawah kini berada di ambang kegagalan panen setelah saluran irigasi utama dari hulu rusak akibat longsor.

Air yang selama ini menjadi penopang utama pertanian tak lagi mengalir lancar, membuat para petani di wilayah hilir menjerit.

Setidaknya 4.500 hektare lahan pertanian di tujuh kecamatan terdampak, yakni Waled, Ciledug, Pabuaran, Babakan, Pabedilan, Gebang, dan Losari.

Baca Juga:KPK Periksa Ridwan Kamil dalam Waktu DekatInisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen Tepat

Salah satu daerah yang mengalami dampak paling parah adalah Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang. Sebagai wilayah paling hilir, desa ini sepenuhnya bergantung pada aliran air dari hulu yang kini nyaris terhenti.

Kuwu Gebang Ilir, Subandi, mengungkapka sekitar 97 hektare sawah di desanya sudah mengalami kekeringan parah. Kondisi ini mengancam keberlangsungan tanam padi tahun ini.

“Suplai air sangat berkurang. Kalau terus seperti ini, sawah tidak bisa ditanami dengan optimal. Ini bisa berujung pada gagal panen,” ujarnya saat kepadawartawan, Rabu (30/4).

Subandi menyebutkan, masalah irigasi ini bukan yang pertama kali dialami warganya, namun kali ini dampaknya lebih buruk karena belum ada perbaikan saluran dari pihak terkait.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua BPD Gebang Ilir, Wasrun. Ia menuturkan, kekeringan mulai dirasakan dalam dua minggu terakhir. Air tak lagi mencapai sawah-sawah di hilir, membuat para petani terpaksa menunda masa tanam yang seharusnya sudah dimulai.

“Kalau dalam empat hari ke depan lahan tidak mendapat air, maka petani harus menunda masa tanam hingga satu bulan. Ini berisiko tinggi karena berpengaruh pada hasil panen dan biaya produksi,” kata Wasrun.

Ia juga mengingatkan pentingnya solusi jangka panjang agar wilayah hilir seperti Gebang Ilir tidak selalu menjadi korban saat air irigasi bermasalah. Salah satu opsi yang diajukan adalah pembangunan sumur dalam untuk menopang kebutuhan air pertanian.

Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin

“Kami di sini sering tidak mendapat pasokan air saat debit berkurang. Karena posisi desa kami paling ujung, air dari hulu sudah habis duluan. Makanya kami butuh sumur dalam untuk bantu pengairan,” jelasnya.

0 Komentar