Saat penelusuran keberadaan makam prajurit Pangeran Diponegoro. Makam kramat Gumuk, Dukuh Sodong Desa Bumiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, terdapat makam kuno yang diyakini merupakan prajurit Pangeran Diponegoro.
Gus Farid Wibawa atau disebut KRT Dhipo Yudho Joyo Sentolo Pengageng Padepokan Diponegaran Sodongan Desa Bumiharjo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang memaparkan cerita keberadaan makam itu berawal dari budaya tutur adalah makam seorang prajurit pasukan Diponegoro di perang Jawa
“Tokoh di makam itu menurut cerita tutur seorang pejuang perempuan laskar Pangeran Diponegoro di wilayah utara candi Borobudur,” ungkapnya, Minggu (23/2).
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Sosok pejuang perempuan tersebut, pungkas Gus Farid, Gondowati atau BRAy Gondowati merupakan istri selir ke-13 Sultan Hamengkubuwono II yang selalu berjuang bersama laskar Gondho Wulung.
Babad tutur diatas mengingatkan peran sentral perempuan yang selama ini sering terdengar pertempuran, pemberontakan dan kudeta hanya dilakukan oleh kaum lelaki.
Karya Carey dan Houben juga mengingatkan akan pentingnya kuasa dan peran Ratu Kedaton dan Ratu Kencono, dua aktor kunci pemberontakan gagal sang anak, Raden Mas Muhammad (Pangeran Suryèngologo) terhadap Sultan Yogya ketujuh pada 1883 di Kedu.
Tentu saja peran sentral perempuan (ningrat yang tak mesti berdarah biru) Jawa adalah sebagai ibu dan sekaligus sebagai pendidik-pengajar, yang cukup sering memicu perseteruan internal keraton dalam perebutan penobatan putra mahkota.
Peran ini memosisikan perempuan sebagai penjaga wali setia adat Jawa. Selain itu, banyak perempuan Jawa menguasai tradisi tulis-menulis, seperti Raden Ayu Purboyoso (ca. 1756-1822) yang terkenal mahir aksara pegon (Jawi gundul) dan memiliki koleksi versi Jawa karya sastra Islam Arab.