Jauh Sebelum Kartini, Perempuan Jawa yang Dikenal Lembut Ternyata Tak Selamanya Tepat

Kredit Gambar: Sketsa dari 'Wanita Perkasa di Jawa, Abad ke-18-19' oleh Peter Carey dan Vincent Houben, asliny
Kredit Gambar: Sketsa dari 'Wanita Perkasa di Jawa, Abad ke-18-19' oleh Peter Carey dan Vincent Houben, aslinya dibuat pada era Mangkunegara VII, bersumber dari Perpustakaan Rekso Pustoko, Mangkunegaran.
0 Komentar

Salah satu tokoh perempuan Jawa yang begitu berpengaruh secara politis militer, politik keraton, pendidikan anak raja, dan sebagainya adalah Ratu Ageng Tegalrejo/Raden Ayu Serang (ca. 1732-1803).

Dia adalah permaisuri pertama raja pertama Jogja (Sultan Mangkubumi) yang menjadi komandan pertama “Korps Srikandi” kesultanan.

Ia lebih dikenal sebagai Nyi Ageng Serang—dilahirkan di Desa Serang, 40 kilometer sebelah utara Surakarta dekat Purwodadi di pinggir Kali Serang sekitar tahun 1762. Nyi Ageng Serang adalah perempuan pejuang yang gigih berperang melawan penjajah di daerah Kulon Progo.

Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan

Nama aslinya Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Ia putri bungsu Pangeran Natapraja, penguasa Serang yang juga teman seperjuangan Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I).

Sewaktu berusia 16 tahun, Nyi Ageng Serang pernah dipersunting oleh Hamengkubowo II, tapi perkawinan mereka tidak bertahan lama.

Ia lalu menikah lagi dengan Pangeran Serang I (Pangeran Mutia Kusumowijoyo) yang masih kerabat keluarga Kalijaga. Pasangan itu lantas mukim di Serang, dekat Demak, daerah di kawasan pantai utara Jawa.

Putranya, Pangeran Kusumowijoyo yang dijuluki Pangeran Serang II, menjadi panglima Diponegoro di areal Demak pada bulan-bulan awal Perang Jawa. Peter Carey menyebut berkat latar belakang keturuan mereka yang berasal pada sang wali dan laku tirakatnya, sang pangeran dan ibunya sangat dihormati pengikut Diponegoro karena dianugerahi kasekten (kesaktian atau tenaga batin) luar biasa yang dicapai dengan bersemadi dalam gua-gua sunyi di pantai selatan Jawa.

Bahkan terdapat kabar angin Diponegoro bersiap mengalihkan sebagian wewenangnya kepada cucu Raden Ayu Serang—Raden Mas Papak—bila ia menang melawan Belanda.

Dalam Perang Jawa, Nyi Ageng Serang ikut angkat senjata membantu putranya. Ia adalah ahli siasat dan strategi. Nyi Ageng Serang dikabarkan menggunakan taktik kamuflase daun keladi atau daun lumbu yang wajib dibawa setiap prajurit dan rakyat yang ikut berperang.

Dengan daun itu, Nyi Ageng Serang memerintahkan pasukannya untuk melindungi kepalanya dalam penyamaran, sehingga tampak seperti kebun tanaman keladi dari kejauhan. Setelah dekat dan dalam jarak sasaran, barulah musuh dihancurkan.

0 Komentar