Gen Z Berstatus NEET, Apa Itu Not in Education, Employment, or Training?

Ilustrasi Gen Z
Ilustrasi Gen Z
0 Komentar

PENGGUNA media sosial belakangan dihebohkan dengan istilah viral yang menyebut bahwa banyak Gen Z saat ini dalam status NEET. Tapi tidak sedikit yang penasaran dan bertanya apa artinya?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2024 sebanyak 20,31 persen Gen Z atau penduduk yang saat ini berusia 15 hingga 24 tahun berstatus NEET.

Seperti dilaporkan Antara, dalam 10 tahun terakhir, persentase NEET cenderung menurun. Tahun 2015, persentase NEET di Indonesia berada di angka 24,77 persen. Kemudian pada 2024, angkanya turun menjadi 20,31 persen.

Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan

Merujuk statistik organisasi perburuhan Internasional (ILOSTAT) yang dikutip BPS, pada tahun 2021 Indonesia menempati peringkat tertinggi NEET di ASEAN. Lalu, pada tahun 2022, Indonesia menjadi negara kedua dengan NEET tertinggi kedua di ASEAN.

Istilah NEET merupakan singkatan dari Not in Education, Employment, or Training (NEET) atau tidak dalam pendidikan, pekerjaan, maupun pelatihan. Istilah itu belakangan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan Gen Z.

Fenomena ini viral di media sosial, menggambarkan kondisi kaum muda yang sedang mengalami masalah kompleks dengan dampak jangka panjang bagi individu maupun negara.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menjelaskan bahwa kaum muda yang berada dalam pendidikan mencakup mereka yang mengikuti pendidikan paruh waktu atau penuh waktu, tetapi tidak termasuk mereka yang berada dalam pendidikan non-formal dan dalam kegiatan pendidikan yang berdurasi sangat singkat.

Pekerjaan didefinisikan menurut Pedoman OECD/ILO meliputi semua orang yang telah bekerja dengan bayaran setidaknya selama satu jam pada minggu referensi survei atau untuk sementara tidak bekerja.

Oleh karena itu, kaum muda NEET dapat berupa pengangguran atau tidak aktif dan tidak terlibat dalam pendidikan atau pelatihan.

Kaum muda yang tidak memiliki pekerjaan maupun pendidikan atau pelatihan berisiko dikucilkan secara sosial, individu dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak memiliki keterampilan untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka.

Baca Juga:Tom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan KemenperinPasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2

Namun perlu diingat, NEET tidak selalu berarti karena malas atau tidak produktif. Ada beragam faktor yang menyebabkan seseorang menjadi NEET, mulai dari keterbatasan ekonomi, kurangnya akses pendidikan berkualitas, hingga ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja. Beberapa bahkan terpaksa menjadi NEET karena harus merawat keluarga atau berjuang dengan masalah kesehatan mental.

0 Komentar