Kisah harumnya berlanjut hingga berkembangnya Yayasan Al-Khairaat ke seantero wilayah Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Hal itu tak lepas dari gerakan menebar benih perdamaian dan kebaikan dari yayasan ini. Bahkan, di Sulawesi Utara, kata Kyai Baso, Pesantren Al-Khairaat juga tumbuh di lingkungan umat kristiani.
“Kenapa bisa hidup? Karena sifat gotong royong membangun masjid, membangun gereja, dan juga membangun sekolah-sekolah Al-Khairaat itu sendiri. Inilah rasa solidaritas kebangsaan yang beliau dapatkan,” ujar Kiai Baso.
Kiprah patriotisme dan pejuang kemanusiaan yang inspiratif dari Sayid Idrus bin Salim Al-Jufri itu kini diabadikan dalam satu nama bandara terbesar di Palu, Sulawesi Tengah.
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Presiden Soekarno pada 1954, memberi nama Mutiara kepada bandara itu karena diprediksi tepat berada di tengah deretan hijau Zamrud Khatulistiwa.
Lalu pada 2014, Kementerian Perhubungan menambahkan nama menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, Palu.