“Kalau ada tanah sama rasa dan harumnya tanah ini dengan tempatmu nanti, itu tempat ideal. Itu nanti berkah tempat itu. Hal ini sudah lazim dalam tradisi tarekat dan ternyata yg didatangi itu adalah negeri kita, dan Sayid Idrus itu menemukannya di Kota Palu, Sulawesi Tengah,” ungkap Ahmad Baso saat mengisi Program Inspirasi Ramadan BKN PDI Perjuangan bersama host Mirza Ahmad, Jumat (8/4/2022) dini hari.
Palu bukan kota pertama. Habib Idrus pernah singgah di Pekalongan, Solo, Jombang, Maluku, Morotai, Bacan, Kalimantan, dan Papua.
Tepat pada 1930, Habib Idrus berusaha mendirikan Madrasah Al-Khairaat.
Habib Idrus juga enggan disapa habib atau sayid. Dia lebih memilih Guru Tua.
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Menurut Kiai Baso, kabarnya Guru Tua pernah bertemu dengan Presiden Pertama RI Soekarno di Istana Cipanas dalam suatu pertemuan dengan para ulama seantero negeri. Lewat pertemuan itulah, Sayid Idrus menemukan obat penawar yang selama ini diperjuangkannya sejak meninggalkan kota kelahirannya ribuan kilometer itu, yakni afirmasi nasionalisme.
Saat Indonesia merdeka, Habib Idrus menciptakan syair yang indah tentang Merah Putih dan Soekarno. “Wahai bendera kemuliaan, berkibarlah di tanah yang sentosa ini. Dan simbol kemuliaan kami adalah Merah Putih,” tutur Baso.
Di kala Republik Indonesia berusia seumur jagung, pemberontakan tetap menjadi ujian.
Ujian nasionalisme Sayid Idrus datang dari berbagai sisi. Tawaran datang untuk mendukung pemberontakan. DI/TII dan PRRI/Permesta dikabarkan pernah bertemu Sayid Idrus. Menurut Kiai Baso, cerita kesaksian ini dia dapat dari cucu Guru Tua.
“Ada utusan dari Kahar Muzakkar dan Permesta. Waktu itu sedang jaya-jayanya pemberontakan itu. Mendatangi Habib Idrus. Lalu bilang, ‘Habib sudahlah enggak usahlah ngomong nasionalisme, Soekarno, Merah Putih. Gabung sajalah kepada kami. Sebentar lagi kami akan menang ini,” kata Baso.
Baso mencertiakan ada pihak yang membawa duit untuk membujuk Habib Idrus. “Sudahlah habib, sendirian, enggak ada temannya,” kata Baso bercerita.
Menurut Baso, keyakinan Habib Idrus justru memihak kepada Bung Karno.
“Beliau yakin PRRI/Permesta ini akan tumbang karena merusak ikatan solidaritas kebangsaan kita, karena mencabik-cabik solidaritas itu. Soekarno kan tarikannya ke kemanusiaannya, sedangkan ini (PRRI/Permesta) saling memusuhi anak bangsa ini,” imbuh Kiai Baso.