Tunda 90 Hari Sinyal Ulang Kebijakan Trump, Ekonom Indonesia Prediksi Tarif Impor Bakal Turun 20 Persen

Presiden Donald Trump bersiap menyampaikan pidato mengenai tarif impor baru saat
Presiden Donald Trump bersiap menyampaikan pidato mengenai tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again” di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). (Foto: Saul Loeb/AFP)
0 Komentar

TEKANAN dari gejolak pasar keuangan dan kebutuhan Amerika Serikat untuk melakukan refinancing utang jumbo diperkirakan akan mendorong Presiden AS Donald Trump, untuk menurunkan tarif impor hingga 20 persen.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan langkah itu dinilai sebagai upaya menenangkan pasar sekaligus menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.

“Ini memang agak spekulatif, tapi saya memperkirakan tarif akan diturunkan ke sekitar 20 persen,” kata Wijayanto dalam diskusi “Trump Trade War: Jaga Pasar Modal, Kuatkan Ekonomi!” pada Jumat 11 April 2025.

Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan

Menurutnya, keputusan Trump untuk menunda penerapan tarif selama 90 hari menjadi sinyal bahwa Trump sedang mempertimbangkan ulang kebijakan perdagangannya yang terlalu agresif.

Pasalnya, tarif baru itu membuat kondisi pasar saham dan pasar obligasi AS tertekan. Terlebih tahun ini, negara Paman Sam itu harus melakukan refinancing utang senilai 9,2 triliun Dolar AS.

“Kalau Trump nekat menaikkan tarif secara membabi buta, risiko ekonomi Amerika akan meningkat, suku bunga juga akan naik. Padahal tahun ini mereka harus refinancing utang besar. Maka itu yang menjadi alasan kenapa dia berpikir untuk menunda 90 hari,” jelasnya.

Lebih lanjut, Wijayanto juga menyinggung adanya tekanan dari para pendonor kampanye Trump, yang mayoritas berasal dari sektor teknologi. Mereka berpotensi kecewa karena nilai saham perusahaan mereka—yang tercatat di bursa seperti Nasdaq—turun akibat kebijakan yang tidak berpihak pada pasar.

“Para pendonor Trump itu kan adalah pengusaha-pengusaha besar sektor teknologi yang aset mereka ada di saham yang listed di Nasdaq atau New York Stock Action yang semua harganya nyungsep pasti mereka marah, mereka nyumbang ke Trump kok malah asetnya turun,”ujarnya.

0 Komentar