PRESIDEN Prabowo baru saja berbicara di Antalya Diplomacy Forum, di Turki, pada Jumat (11/4). Pada kesempatan itu, Prabowo ditanyai soal stabilitas kawasan Indo-Pasifik, yang belakangan jadi tempat rivalitas kekuatan besar dunia.
Prabowo lalu menyinggung bagaimana ia mengajukan sebuah proposal kerja sama pengelolaan Laut China Selatan, yang terdapat tumpang tindih klaim oleh beberapa negara, dari Indonesia, China, Malaysia hingga Vietnam.
“Saya mengajukan ke teman baik saya, Perdana Menteri Malaysia, mari selesaikan masalah yang berlarut dengan Malaysia. Saya juga mengajukan kerja sama dengan China, (dengan) Presiden Xi Jinping,” kata Prabowo, dikutip dari tayangan youtube Antalya Diplomacy Forum, Jumat (11/4).
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
“Kita menghormati posisi hukum masing-masing, tapi di saat yang bersama, kenapa kita tidak bekerja sama?,” sambung Prabowo.
Prabowo sadar, baik Indonesia, China dan Malaysia punya klaim tumpang tindih di kawasan itu. Contohnya, China dengan ‘Sembilan Garis Putus’ tempat para nelayan mereka selama ratusan tahun mencari ikan. Atau klaim Malaysia atas area di Kepulauan Spratly.
“Nelayan-nelayan kita juga memancing di tempat itu sejak ratusan tahun. Lalu saya bicara ke Presiden Xi, bagaimana jika kita kerja sama?, mari daftarkan berapa kapal China, berapa kapal Indonesia dalam rancang bangun sesuai pembatasan internasional. Sehingga, kita tidak punya overfishing,” kata Prabowo.
Prabowo meyakini, dengan memberikan lisensi perjanjian ini semuanya akan mendapat keuntungan. Maka lebih baik kerja sama dari pada berseteru.
“Presiden Xi setuju, dia setuju dengan cepat. Lalu saya ajukan ini ke Vietnam, dan saya ajukan ini ke Malaysia. Ini adalah pendekatan saya, mari bekerja sama untuk mencapai kemakmuran bersama,” pungkasnya.