Meski Ditunda 90 Hari, Resiprokal Tarif Jadi Bumerang Amerika Serikat: Trump Butuh Ikan dari Indonesia

Ilustrasi Indonesia Amerika
Ilustrasi Indonesia Amerika
0 Komentar

Sementara itu, pada kategori ikan fillet dan cincangan (fish fillets and mince), ekspor Indonesia mencapai US$374,1 juta. Angka ini berada di bawah Vietnam (US$521,3 juta), China (US$979,4 juta), dan Chile yang sangat dominan di kategori ini dengan ekspor mencapai US$2,88 miliar pada 2023.

Yang menarik, untuk ekspor kerang dan udang beku (shellfish, fresh or frozen), Indonesia menempati posisi yang lebih kuat dengan nilai US$756,9 juta. Namun lagi-lagi India mendominasi pasar ini dengan nilai US$1,91 miliar, disusul oleh Kanada.

Secara keseluruhan, total nilai impor produk laut AS dari seluruh dunia pada 2023 tercatat sebesar US$24,8 miliar, menurun dari US$29,4 miliar di 2022.

Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan

Volume impor juga turun menjadi 2,82 juta ton dari sebelumnya 3,08 juta ton. Artinya, ada penurunan permintaan global, namun ini bisa jadi peluang bagi Indonesia untuk merebut pangsa pasar dari negara pesaing yang melemah.

Selain itu AS juga banyak mengimpor tuna, tongkol, cakalang, cumi, sotong, gurita, rajungan, hingga rumput laut dari Indonesia. Permintaan tetap tinggi, menandakan bahwa sektor ini bukan hanya penopang ekspor RI, tapi juga bagian penting dari rantai pasok pangan AS.

Dari sisi Indonesia, tarif tambahan jelas membuat produk kurang kompetitif. Tapi bagi AS, kehilangan suplai dari Indonesia bisa menciptakan kekosongan pasokan atau setidaknya menaikkan harga produk laut di pasar domestik. Dampaknya bisa menjalar ke inflasi pangan, yang justru sedang coba ditekan.

Dengan struktur ketergantungan seperti ini, ancaman tarif resiprokal justru menjadi bumerang. AS butuh ikan Indonesia, mungkin lebih dari yang mereka sadari.

0 Komentar