Heru menyebut soal tragedi Nakba 1948 yang membuat jutaan warga Palestina terusir dari kampung halamannya dan tidak pernah bisa kembali.
Lebih lanjut Heru mengatakan, setiap pilihan kebijakan dalam proses rekonstruksi juga memiliki kendala tersendiri karena mau tidak mau harus melibatkan pemerintah Israel. Akses menuju Gaza yang paling luas dan paling mungkin, sebut Heru, adalah melalui wilayah yang dikuasai Israel.
“Indonesia dan Israel tidak punya hubungan diplomatik resmi, tetapi memiliki hubungan tidak resmi yang meliputi hubungan dagang, pariwisata, dan keamanan. Hemat saya, menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel agar bisa diterima, terlebih di tengah situasi kekejaman Israel di Gaza saat ini,” jelas Heru, Rabu (9/4).
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Ia mengingatkan, meski secara realistis pemindahan atau relokasi warga Palestina dari wilayah asalnya adalah sesuatu yang masuk akal, hal itu belum tentu benar. Apalagi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyebut pemindahan yang dilakukan paksa melanggar hukum internasional.
”Yang harus menjadi pertimbangan, kan, di situ. Apakah kita mau berpihak pada hal yang normatif atau berpihak pada realitas di lapangan? Itu adalah pilihan politik kalau menurut saya,” katanya. Dia menambahkan, bila melihat pernyataan Prabowo, mantan Danjen Kopassus itu memiliki kecenderungan mendekat ke realitas.
Sebagaimana disebutkan Heru, Sekjen PBB Antonio Guterres pada Selasa waktu New York mengatakan niat Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih kendali atas Jalur Gaza. Apalagi bila tindakan itu dilakukan dengan paksaan.
”Dipaksa untuk dipindahkan adalah sesuatu yang melanggar hukum internasional,” kata Guterres dalam jumpa pers. ”Warga Palestina harus dapat hidup di negara Palestina berdampingan dengan negara Israel. Itulah satu-satunya solusi yang dapat membawa perdamaian ke Timur Tengah.”