PRESIDEN Prabowo Subianto meneken Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak.
Disahkannya PP ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam mencegah anak terpapar dampak buruk atau negatif dari penggunaan media sosial.
Prabowo menekankan anak-anak adalah masa depan bangsa sehingga anak-anak Indonesia harus tumbuh dengan sehat secara jiwa dan raga, hingga penuh optimisme.
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Awal terbentuknya PP ini berasal dari Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid yang menyampaikan keresahan dampak buruk ruang digital bagi anak-anak.
Baru-baru ini, Meutya Hafid, membagikan sebuah wawancara di akun media sosial Instagram miliknya dengan seorang profesor sekaligus pakar psikologi sosial New York University, Jonathan Haidt. Keduanya membahas soal dampak buruk media sosial terhadap anak.
Yang menarik adalah, Haidt mengatakan ada perbedaan dampak buruk media sosial yang dirasakan antara anak laki-laki dan perempuan. Bagi perempuan dampaknya sangat jelas. Media sosial dapat membuat mereka mengalami internalizing disorder atau gangguan internalisasi.
Gangguan internalisasi adalah salah satu jenis gangguan emosional dan perilaku. Orang dengan gangguan ini akan mengalami kecemasan, kesepian, bahkan depresi. Menurut Haidt, gangguan internalisasi ini ada hubungan erat dengan menghabiskan waktu di media sosial.
Anak perempuan yang bermain medsos cenderung bakal membandingkan diri dengan ribuan gadis lain, membuat mereka ingin mendapatkan perhatian dari semua orang, mulai dari wajah, rambut, kulit, hingga tubuh.
“Ini membuat anak perempuan lebih cemas dan tertekan. Anak perempuan yang menghabiskan lebih banyak jam per hari di media sosial dua kali lebih mungkin mengalami depresi dan cemas daripada mereka yang tidak,” Jonathan Haidt, Pakar Psikologi Sosial New York University.
“Jadi ada hubungan yang sangat jelas antara media sosial untuk anak perempuan dan kecemasan serta depresi. Lalu, ada juga hubungannya dengan gangguan makan. Terlalu banyak waktu di platform media sosial dapat menyebabkan gangguan makan.
Baca Juga:Tom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan KemenperinPasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2
Sementara untuk anak laki-laki, media sosial dapat membuat mereka melakukan beberapa hal yang sangat berbahaya dan merusak. Salah satunya “sexstorts”, atau membagikan foto tidak senonoh kepada orang tidak dikenal.